Monday 8 October 2012

Umat Yang Dipilih Oleh Allah

Banyak orang mempersoalkan bagaimana percaya kepada Tuhan, tetapi mereka tidak mempersoalkan bagaimana bisa dipercayai oleh Tuhan. Dalam Yohanes 2:23-25 tercatat, Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam nama-Nya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakan-Nya. Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, dan karena tidak perlu seorang pun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia. Dalam ayat ini ditunjukkan kepada kita bahwa tidak semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus bisa dipercayai oleh Tuhan. Rupanya ada dua jenis orang percaya, orang percaya yang kepadanya Tuhan Yesus mempercayakan diri-Nya, dan orang yang kelihatannya percaya kepada Tuhan Yesus, tetapi Tuhan tidak mempercayakan diri-Nya kepadanya. Tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka artinya tidak bisa memberi tanggung jawab kepada mereka. Tanggung jawab itu adalah pekerjaan Tuhan atau misi yang diberikan oleh Allah Bapa kepada-Nya dan yang harus diteruskan oleh orang percaya. Seperti Bapa mengutus Tuhan Yesus, Tuhan Yesus juga mau mengutus orang-orang yang bisa dipercayai-Nya (Yoh. 20:21).

Sama seperti orang tua yang mempunyai beberapa anak-anak, tetapi tidak semua anak-anak itu bisa dipercayai, walaupun semua anak menaruh percaya kepada orang tua. Tentu kualitas percaya masing-masing kepada orang tua berbeda. Demikian pula dengan orang percaya kepada Tuhan. Masing-masing memiliki kualitas percaya yang berbeda. Kalau kita mengamati Yohanes 2, mereka percaya kepada Tuhan karena mereka melihat mujizat yang Tuhan Yesus lakukan (Yoh. 2:23). Kalau percaya seseorang hanya karena melihat dan mengalami mujizat, maka besar kemungkinan mereka berurusan dengan Tuhan hanya karena mereka memiliki kepentingan sendiri. Mereka tidak melihat kepentingan Tuhan. Hal ini sama seperti orang pergi ke dukun, karena mereka memiliki kepentingan sendiri, bukan karena kepentingan dukun tersebut. Berbeda kalau kita berurusan dengan Tuhan. Kita berurusan dengan pemilik hidup kita, maka hidup untuk kepentingan-Nya (Yoh. 1:11). Tidak salah kalau kita meminta pertolongan dari Tuhan, tetapi lebih dari hal itu seharusnya kita mempersoalkan bagaimana kita menemukan tempat kita untuk mengabdi kepada pemilik kehidupan ini. Jadi, kalau kita berurusan dengan Tuhan bukan karena kita memiliki persoalan pribadi dengan segala keinginannya, tetapi kita mau mempersoalkan rencana Allah dalam hidup kita dan dunia ini secara umum.

Seharusnyalah kita mempersoalkan bagaimana kita menemukan tempat kita untuk mengabdi kepada pemilik kehidupan ini.

No comments:

Post a Comment