Salah satu ciri dari seorang yang menemukan keselamatan dalam Tuhan
Yesus Kristus sehingga memiliki hidup kekal adalah mengikuti jejak Tuhan
Yesus. Salah satu jejak Tuhan Yesus adalah tidak menyisakan apapun yang
dimiliki-Nya kecuali melakukan kehendak Bapa. Prestasi hidup seperti
ini adalah prestasi yang dapat dicapai pula oleh semua orang percaya
yang bersungguh-sungguh mengikuti jejak-Nya. Orang percaya dimampukan
untuk dapat memiliki kehidupan seperti kehidupan yang dimiliki-Nya.
Orang seperti ini tidak lagi melindungi miliknya tetapi lebih menjaga
bagaimana kehendak dan rencana Allah terwujud dalam hidupnya (Mat.
19:29). Kalau seandainya orang yang berniat memiliki hidup yang kekal
yang diceritakan dalam dalam Matius 19:16-26 bersedia tidak melindungi
miliknya, maka ia akan memperolehnya hidup yang kekal atau hidup yang
berkualitas tinggi. Hidup seperti ini adalah sebuah ketidakwajaran,
sebab pada umumnya seseorang melindungi miliknya, bahkan ketika
berurusan dengan Tuhan pun karena bermaksud melindungi apa yang dianggap
sebagai miliknya. Orang-orang seperti ini akan selalu meminta
perlindungan Tuhan atas keadaan yang dimilikinya. Ia berharap agar
dirinya dan keluarganya dijauhkan dari apa yang merusak kesejahteraan
hidupnya. Baginya segala sesuatu yang merusak cita-cita dan keinginan
adalah malapetaka. Dan baginya “malapetaka” mengurangi kualitas
hidupnya.
Biasanya orang seperti ini menggunakan Tuhan untuk mempertahankan keberadaan hidupnya yang nyaman dan meningkatkan kualitas hidupnya dari sudut pandang manusia pada umumnya atau seperti yang dicita-citakan. Banyak orang Kristen yang hanya pada level hidup beragama seperti ini, tetapi tidak mengenal kebenaran yang murni. Contoh yang jelas sekali mengenai orang seperti ini dalam Alkitab adalah Ayub. Ia seorang yang saleh tetapi masih pada taraf level agamani. Ayub beribadah kepada Tuhan karena hendak mempertahankan eksistensinya atau apa yang dianggap sebagai miliknya (Ayb. 1:1-5). Ketika Tuhan memandang saatnya Ayub diberi “reward” (anugerah) atas kesungguhannya mencari Tuhan, maka Tuhan mengobrak-abrik keadaan Ayub, yang menurut Ayub sebagai ukuran kualitas hidup. Melalui pengalaman yang menyakitkan Ayub membuktikan kebenaran Tuhan. Ia baru mengaku mengenal Tuhan. Kata melihat dalam Ayub 42:2 adalah raah to see (melihat) tetapi juga berarti to approve (membuktikan). Melalui semua kejadian hidupnya Ayub mengenal Tuhan dengan benar (Ayb. 42:1-6). Orang yang mengenal Tuhan tidak akan menyayangkan nyawanya atau mempertahankan miliknya, tetapi menjadikan Tuhan segalanya.
Orang percaya dimampukan untuk dapat memiliki kehidupan seperti yang dimiliki Yesus, yaitu tidak menyisakan apapun yang dimiliki-Nya.
Biasanya orang seperti ini menggunakan Tuhan untuk mempertahankan keberadaan hidupnya yang nyaman dan meningkatkan kualitas hidupnya dari sudut pandang manusia pada umumnya atau seperti yang dicita-citakan. Banyak orang Kristen yang hanya pada level hidup beragama seperti ini, tetapi tidak mengenal kebenaran yang murni. Contoh yang jelas sekali mengenai orang seperti ini dalam Alkitab adalah Ayub. Ia seorang yang saleh tetapi masih pada taraf level agamani. Ayub beribadah kepada Tuhan karena hendak mempertahankan eksistensinya atau apa yang dianggap sebagai miliknya (Ayb. 1:1-5). Ketika Tuhan memandang saatnya Ayub diberi “reward” (anugerah) atas kesungguhannya mencari Tuhan, maka Tuhan mengobrak-abrik keadaan Ayub, yang menurut Ayub sebagai ukuran kualitas hidup. Melalui pengalaman yang menyakitkan Ayub membuktikan kebenaran Tuhan. Ia baru mengaku mengenal Tuhan. Kata melihat dalam Ayub 42:2 adalah raah to see (melihat) tetapi juga berarti to approve (membuktikan). Melalui semua kejadian hidupnya Ayub mengenal Tuhan dengan benar (Ayb. 42:1-6). Orang yang mengenal Tuhan tidak akan menyayangkan nyawanya atau mempertahankan miliknya, tetapi menjadikan Tuhan segalanya.
Orang percaya dimampukan untuk dapat memiliki kehidupan seperti yang dimiliki Yesus, yaitu tidak menyisakan apapun yang dimiliki-Nya.
No comments:
Post a Comment