Tuesday 23 October 2012

Bukan Doa Yang Panjang

Pengenalan dengan Allah haruslah melalui dialog dua arah dalam penghayatan hidup setiap hari melalui pergumulan hidup secara konkrit. Harus diingat bahwa Allah yang Maha hadir bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi anak-anak Tuhan. Banyak orang Kristen merasa sudah mengenal Allah karena memiliki jam doa yang panjang. Doa yang panjang tidak berarti pasti membuat seseorang memiliki hubungan yang benar dengan Allah. Kenyataanya, doa yang panjang, malah membahayakan yaitu ketika pendoa tidak mengenal Allah yang benar melalui penggalian Firman yang benar. Doa dan penyembahan yang panjang malah menciptakan satu sosok allah yang dia ciptakan sendiri dalam benaknya. Sampai akhirnya ia terlalu yakin dengan sosok yang diyakini sebagai allah yang benar pada hal tidak, maka ia semakin sesat. Ciri dari orang-orang seperti ini adalah tidak produktif dalam hidup ini, cara berpikirnya mistik dan senang dikultuskan. Malangnya mereka biasanya tidak merasa atau tidak sadar sebagai orang yang senang dikultuskan.

Dialog dengan Tuhan bukan hanya menyediakan waktu panjang dalam ruang doa tetapi juga harus mengalami dan menghayati tindakan-tindakan Allah dalam hidup secara konkrit setiap saat. Untuk ini satu hal yang sangat penting adalah menghayati dan mengakui bahwa kita ada di hadirat Tuhan setiap saat. Kita harus memerintahkan seluruf syaraf dan kesadaran kita bahwa kita ada di wilayah Allah. Pandangan mata-Nya tidak pernah lepas dari kita. Inilah yang dilakukan pemazmur ketika ia berkata: Ajar kami menghitung hari kami (Mzm. 90:12). Kata menghitung dalam teks aslinya adalah manah (הָנָמ) dimaksudkan agar kita membagi hari sedemikian rupa berhubung hari hidup ini singkat dan sangat berharga guna mengisinya dengan bijaksana. Untuk bisa memahami tindakan Tuhan harus memahami pribadi-Nya. Memahami pribadi Tuhan sama dengan memahami hukum-hukum kehidupan yang tidak bisa dilanggar oleh siapapun bahkan oleh Tuhan sendiri. Seperti misalnya ketika harus menuai apa yang ditabur, bahwa tindakan selalu memiliki akibat. Orang yang sakit karena kecerobohannya, tidak akan berani minta kesembuhan sebab ia tahu ia harus menuai apa yang harus ia tabur. Kalau seseorang jatuh miskin karena kecerobohannya, ia tidak meminta supaya Tuhan pulihkan ekonominya, yang dilakukan adalah bekerja keras. Ketika ia secara finansial kuat atau berhasil dalam study, ia bersyukur atas penyertaan-Nya, tetapi ia juga mengakui semua itu juga karena ia bekerja keras. Dengan demikian ia memandang segala sesuatu secara jujur, adil dan proporsional.

Dialog dengan Tuhan bukan hanya menyediakan waktu panjang dalam doa, tetapi harus mengalami dan menghayati tindakan-tindakan Allah secara konkrit setiap saat.

No comments:

Post a Comment