Proses hidup yang dialami Paulus yang dibahasakan dengan kalimat
”hidupku bukan aku lagi” adalah proses yang paling sukar, misteri dan
gelap. Tetapi Allah Bapa akan menyanggupkan kita untuk dapat
mengenakannya. Untuk ini Ia memberikan Roh Kudus agar kita dapat
menemukan diri kita seperti yang dikehendaki-Nya. Untuk menjadi diri
kita yang sesungguhnya seseorang harus belajar dari Tuhan Yesus. Tuhan
Yesus tidak pernah bermaksud anda menjadi manusia lain. Anda menjadi
diri anda sendiri sesuai dengan rancangan Allah Bapa. Untuk itu
seseorang harus mencarinya dengan beberapa hal antara lain: Pertama,
dengan kebenaran-kebenaran yang tertulis di dalam Alkitab yang membuat
kita memiliki kecerdasan. Kecerdasan inilah yang menjadi landasan
seseorang membangun dirinya. Dengan kecerdasan tersebut akan mampu
memahami kehendak Allah Bapa (Rm. 12:2). Kedua, dengan pengalaman hidup
Tuhan mengajar kita bagaimana menjadi makhluk yang tidak melukai
siapapun bahkan menjadi seperti Bapa. Seseorang tidak pernah menjadi
manusia sebelum ia bergaul dan bergumul dengan manusia lain. Melalui
pengalaman-pengalaman hidup, gesekan-gesekan dengan sesama dan lain
sebagainya, seseorang dilatih Tuhan untuk memiliki nurani anak Allah.
Kita membangun diri kita juga melalui pengalaman hidup bergaul dengan
sesama setiap hari, yaitu bagaimana aku harus menempatkan diri. Bukan
hanya dari kebaikan orang lain kita belajar, tetapi dari kesalahan,
kejahatan dan seluruh perilaku manusia di sekitar kita, kita belajar
menjadi manusia yang dikehendaki oleh Allah (Ro 8:28). Ketiga, di dalam
diri sendiri. Roh Kudus akan menuntun kita menjadi diri kita sendiri
sesuai dengan polanya. Bagaimanapun setiap kita harus menjadi makhluk
yang unik sesuai dengan rancangan Tuhan. Setiap manusia seperti sebuah
lukisan yang memiliki keunikan tersendiri. Inilah PR panjang yang harus
kita temukan, kita harus menjadi lukisan seperti yang Allah kehendaki
(Yoh. 16:13). Tentu hal ini tidak dialami setiap orang. Ini hanya
dialami oleh mereka yang mengasihi Tuhan dan yang haus dan lapar akan
kebenaran. Dengan bersedia menjadi sosok seperti yang Allah Bapa
kehendaki, kita memuaskan hati Bapa. Tuhan Yesus telah memberi teladan
kepada kita. Ia menjadi pribadi yang memuaskan hati Bapa. Inilah maksud
keselamatan diadakan, agar Allah Bapa menemukan orang-orang yang
memuaskan hati-Nya seperti yang dilakukan oleh Putra Tunggal-Nya. Untuk
ini Tuhan Yesus berfirman ”belajarlah pada-Ku” (Mat. 11:28).Orang yang
fokus belajar dari Tuhan Yesus menjadi manusia yang memuaskan hati Bapa,
akan merasa beban hidupnya terasa ringan. Di sini seseorang akan
mengalami kemerdekaan yang sejati.
Melalui pengalaman hidup, gesekan dengan sesama dan lain sebagainya, seseorang dilatih Tuhan untuk memiliki nurani sebagai anak Allah.
Melalui pengalaman hidup, gesekan dengan sesama dan lain sebagainya, seseorang dilatih Tuhan untuk memiliki nurani sebagai anak Allah.
No comments:
Post a Comment