Sunday 7 October 2012

Proses Hidupku Bukan Aku Lagi

Proses hidup yang dialami Paulus yang dibahasakan dengan kalimat ”hidupku bukan aku lagi” adalah proses yang paling sukar, misteri dan gelap. Tetapi Allah Bapa akan menyanggupkan kita untuk dapat mengenakannya. Untuk ini Ia memberikan Roh Kudus agar kita dapat menemukan diri kita seperti yang dikehendaki-Nya. Untuk menjadi diri kita yang sesungguhnya seseorang harus belajar dari Tuhan Yesus. Tuhan Yesus tidak pernah bermaksud anda menjadi manusia lain. Anda menjadi diri anda sendiri sesuai dengan rancangan Allah Bapa. Untuk itu seseorang harus mencarinya dengan beberapa hal antara lain: Pertama, dengan kebenaran-kebenaran yang tertulis di dalam Alkitab yang membuat kita memiliki kecerdasan. Kecerdasan inilah yang menjadi landasan seseorang membangun dirinya. Dengan kecerdasan tersebut akan mampu memahami kehendak Allah Bapa (Rm. 12:2). Kedua, dengan pengalaman hidup Tuhan mengajar kita bagaimana menjadi makhluk yang tidak melukai siapapun bahkan menjadi seperti Bapa. Seseorang tidak pernah menjadi manusia sebelum ia bergaul dan bergumul dengan manusia lain. Melalui pengalaman-pengalaman hidup, gesekan-gesekan dengan sesama dan lain sebagainya, seseorang dilatih Tuhan untuk memiliki nurani anak Allah. Kita membangun diri kita juga melalui pengalaman hidup bergaul dengan sesama setiap hari, yaitu bagaimana aku harus menempatkan diri. Bukan hanya dari kebaikan orang lain kita belajar, tetapi dari kesalahan, kejahatan dan seluruh perilaku manusia di sekitar kita, kita belajar menjadi manusia yang dikehendaki oleh Allah (Ro 8:28). Ketiga, di dalam diri sendiri. Roh Kudus akan menuntun kita menjadi diri kita sendiri sesuai dengan polanya. Bagaimanapun setiap kita harus menjadi makhluk yang unik sesuai dengan rancangan Tuhan. Setiap manusia seperti sebuah lukisan yang memiliki keunikan tersendiri. Inilah PR panjang yang harus kita temukan, kita harus menjadi lukisan seperti yang Allah kehendaki (Yoh. 16:13). Tentu hal ini tidak dialami setiap orang. Ini hanya dialami oleh mereka yang mengasihi Tuhan dan yang haus dan lapar akan kebenaran. Dengan bersedia menjadi sosok seperti yang Allah Bapa kehendaki, kita memuaskan hati Bapa. Tuhan Yesus telah memberi teladan kepada kita. Ia menjadi pribadi yang memuaskan hati Bapa. Inilah maksud keselamatan diadakan, agar Allah Bapa menemukan orang-orang yang memuaskan hati-Nya seperti yang dilakukan oleh Putra Tunggal-Nya. Untuk ini Tuhan Yesus berfirman ”belajarlah pada-Ku” (Mat. 11:28).Orang yang fokus belajar dari Tuhan Yesus menjadi manusia yang memuaskan hati Bapa, akan merasa beban hidupnya terasa ringan. Di sini seseorang akan mengalami kemerdekaan yang sejati.

Melalui pengalaman hidup, gesekan dengan sesama dan lain sebagainya, seseorang dilatih Tuhan untuk memiliki nurani sebagai anak Allah.

No comments:

Post a Comment