Thursday 11 October 2012

Ergon

Selama ini banyak orang beranggapan bahwa percaya adalah sekedar aktivitas pikiran semata-mata. Pada hal sebenarnya tidaklah demikian. Percaya adalah pekerjaan atau usaha yang harus diselenggarakan dengan serius yang melibatkan seluruh hidup dan pengorbanan yang dapat merenggut seluruh hidup kita (Yoh. 6:26-29). Jadi, untuk menjadi anak-anak Allah, seseorang harus mengusahakan atau mengerjakannya dengan sangat sukar. Hendaknya kita tidak berpikir bahwa menjadi orang percaya tidak membutuhkan perjuangan dan pengorbanan dengan segenap hidup. Perhatikan, bagaimana orang percaya pada jaman penganiayaan berjuang untuk membela dan menumbuhkan imannya. Perjuangan mereka mengisyaratkan bahwa untuk beriman seseorang harus mempertaruhkan segenap hidup. Tuhan Yesus tegas sekali mengatakan bahwa kita harus mengusahakan diri untuk percaya. Kata pekerjaan dalam Yohanes 6:29 adalah ergon (ἔργον) yang artinya juga action, deed dan bussines (tindakan, perbuatan dan bisnis atau urusan). Ada banyak urusan dengan segala kesibukannya dalam hidup ini, dan tidak akan berhenti sampai mati. Pertanyaannya: apakah semua urusan tersebut bersangkut-paut dengan usaha untuk percaya. Jika tidak, berarti tidak hidup sebagai orang percaya dan tidak berniat untuk menjadi anak-anak Allah.

Percaya kepada Tuhan atau menjadi anak Allah bukan sesuatu yang otomatis terjadi atau berlangsung dengan sendirinya. Jadi, anugerah tidak berkuasa secara otomatis menyelamatkan seseorang yang tidak sungguh-sungguh berniat untuk itu. Orang-orang Yahudi yang mencari Tuhan Yesus sejatinya tidak bermaksud untuk percaya atau menjadi anak Allah tetapi hanya untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan jasmani. Di antaranya malah berambisi menjadikan Tuhan Yesus raja duniawi untuk memuaskan ambisi mereka sendiri membangun kerajaan dunia (Yoh. 6:15). Orang-orang Yahudi lebih merasakan dan mempedulikan ketegangan ekonomi, ketegangan politik, ketegangan mengurus kesehatan daripada ketegangan menghadapi kuasa jahat yang sedang mengusahakan berdirinya kerajaannya di bumi dan di Sorga (Lusifer yang jatuh bermaksud merebut Sorga). Tuhan Yesus mengatakan bahwa mereka mencari Tuhan bukan karena melihat tanda tetapi karena makan sehingga kenyang. Mereka tidak melihat tanda (Yun. Semion; σημεῖον), tanda di sini maksudnya adalah petunjuk arah. Dengan pernyataan tersebut Tuhan Yesus menunjukkan bahwa mereka tidak mau tahu rencana Allah untuk keselamatan mereka. Tetapi mereka lebih peduli dengan hidup duniawi, orang-orang seperti ini tidak pernah menjadi anak-anak Allah.

Selama ini banyak orang beranggapan bahwa percaya adalah sekedar aktivitas pikiran semata-mata. Pada hal sebenarnya tidaklah demikian. Percaya adalah pekerjaan atau usaha yang harus diselenggarakan dengan serius yang melibatkan seluruh hidup dan pengorbanan yang dapat merenggut seluruh hidup kita (Yoh. 6:26-29). Jadi, untuk menjadi anak-anak Allah, seseorang harus mengusahakan atau mengerjakannya dengan sangat sukar. Hendaknya kita tidak berpikir bahwa menjadi orang percaya tidak membutuhkan perjuangan dan pengorbanan dengan segenap hidup. Perhatikan, bagaimana orang percaya pada jaman penganiayaan berjuang untuk membela dan menumbuhkan imannya. Perjuangan mereka mengisyaratkan bahwa untuk beriman seseorang harus mempertaruhkan segenap hidup. Tuhan Yesus tegas sekali mengatakan bahwa kita harus mengusahakan diri untuk percaya. Kata pekerjaan dalam Yohanes 6:29 adalah ergon (ἔργον) yang artinya juga action, deed dan bussines (tindakan, perbuatan dan bisnis atau urusan). Ada banyak urusan dengan segala kesibukannya dalam hidup ini, dan tidak akan berhenti sampai mati. Pertanyaannya: apakah semua urusan tersebut bersangkut-paut dengan usaha untuk percaya. Jika tidak, berarti tidak hidup sebagai orang percaya dan tidak berniat untuk menjadi anak-anak Allah.

Percaya kepada Tuhan atau menjadi anak Allah bukan sesuatu yang otomatis terjadi atau berlangsung dengan sendirinya. Jadi, anugerah tidak berkuasa secara otomatis menyelamatkan seseorang yang tidak sungguh-sungguh berniat untuk itu. Orang-orang Yahudi yang mencari Tuhan Yesus sejatinya tidak bermaksud untuk percaya atau menjadi anak Allah tetapi hanya untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan jasmani. Di antaranya malah berambisi menjadikan Tuhan Yesus raja duniawi untuk memuaskan ambisi mereka sendiri membangun kerajaan dunia (Yoh. 6:15). Orang-orang Yahudi lebih merasakan dan mempedulikan ketegangan ekonomi, ketegangan politik, ketegangan mengurus kesehatan daripada ketegangan menghadapi kuasa jahat yang sedang mengusahakan berdirinya kerajaannya di bumi dan di Sorga (Lusifer yang jatuh bermaksud merebut Sorga). Tuhan Yesus mengatakan bahwa mereka mencari Tuhan bukan karena melihat tanda tetapi karena makan sehingga kenyang. Mereka tidak melihat tanda (Yun. Semion; σημεῖον), tanda di sini maksudnya adalah petunjuk arah. Dengan pernyataan tersebut Tuhan Yesus menunjukkan bahwa mereka tidak mau tahu rencana Allah untuk keselamatan mereka. Tetapi mereka lebih peduli dengan hidup duniawi, orang-orang seperti ini tidak pernah menjadi anak-anak Allah.

Menjadi orang percaya membutuhkan perjuangan dan pengorbanan dengan segenap hidup.

No comments:

Post a Comment