Orang yang memiliki iman yang sederhana tidak akan bangga dengan
kekayaan, kehormatan, harga diri, pendidikan atau apapun yang mereka
telah capai, sebab semua yang dimiliki dipersembahkan bagi kepentingan
Tuhan. Kebanggaannya adalah salib, yaitu jika bisa menderita
bersama-sama dengan Tuhan Yesus (Flp. 3:10-11). Menderita bersama dengan
Tuhan artinya mengorbankan apapun yang dimiliki demi pelayanan
pekerjaan-Nya. Banyak orang tidak mengerti atau tidak mau mengerti
kebanggaan seperti ini, malahan ada yang menghindarkannya karena
menganggap menjadi konyol bila melakukannya. Pada hal ini adalah
kebanggaan yang nilainya tiada tara, sebab kalau kita bangga menderita
bersama dengan Tuhan kita akan dimuliakan bersama dengan Tuhan.
Kebanggaan yang mulia seperti ini telah digantikan dengan kebanggaan kehormatan dalam jabatan sinode di gereja, tidak heran kalau ada perebutan ketua sinode sampai pada adu fisik. Ada yang menggantikan kebanggaan menderita bersama Tuhan dengan prestasi pelayanan dalam gereja yaitu mujizat yang terjadi, jumlah jemaat, gedung gereja dan lain sebagainya. Bagi jemaat yang masih berkarakter anak dunia, kebanggaan mereka adalah harta kekayaan, perhiasan, mobil, pangkat gelar dan segala sesuatu yang juga menjadi nilai lebih di mata manusia. Orang-orang ini bukanlah anak Tuhan. Kasih akan Bapa tidak ada pada mereka, sebab mereka terbelenggu oleh keangkuhan hidup. Spirit seperti ini adalah spirit Lusifer yang jatuh. Kalaupun mereka ada dalam lingkungan pelayanan gereja, kontribusi mereka tidak berarti banyak, bahkan kadang menyusahkan pelayanan pekerjaan Tuhan.
Bagi mereka yang memiliki iman yang murni yang memiliki kebanggaan menderita bersama dengan Kristus adalah kelompok orang-orang yang membela pekerjaan Tuhan tanpa batas, artinya apapun bisa dikorbankan. Bahkan nyawa mereka telah disediakan untuk ibadah pengabdian mereka kepada Tuhan (2Tim. 4:6). Inilah yang dilakukan oleh jemaat mula-mula dan rasul Paulus sendiri sebagai modelnya (Flp. 1:29-30). Mereka tidak lagi dibilangkan sebagai orang beragama, sebab bagi mereka seluruh kehidupannya adalah ibadah kepada Tuhan dan liturginya. Mereka bukan lagi menjadi orang Kristen yang melirik kuasa Tuhan sebagai bekal mengarungi hidup ini, sebab mereka sudah memiliki bekal dalam hidup ini yaitu Tuhan sendiri. Mereka tidak lagi menuntut Tuhan menyertai mereka dalam kehidupan ini, tetapi mohon anugerah Tuhan untuk bisa menyertai pekerjaan-Nya. Bagi mereka waktu ini menjadi berharga sebab mereka menyadari waktu untuk menyelesaikan pekerjaan Bapa sungguh sangat singkat.
Kebanggaan kita adalah salib, yaitu jika kita bisa menderita bersama-sama dengan Tuhan Yesus.
Kebanggaan yang mulia seperti ini telah digantikan dengan kebanggaan kehormatan dalam jabatan sinode di gereja, tidak heran kalau ada perebutan ketua sinode sampai pada adu fisik. Ada yang menggantikan kebanggaan menderita bersama Tuhan dengan prestasi pelayanan dalam gereja yaitu mujizat yang terjadi, jumlah jemaat, gedung gereja dan lain sebagainya. Bagi jemaat yang masih berkarakter anak dunia, kebanggaan mereka adalah harta kekayaan, perhiasan, mobil, pangkat gelar dan segala sesuatu yang juga menjadi nilai lebih di mata manusia. Orang-orang ini bukanlah anak Tuhan. Kasih akan Bapa tidak ada pada mereka, sebab mereka terbelenggu oleh keangkuhan hidup. Spirit seperti ini adalah spirit Lusifer yang jatuh. Kalaupun mereka ada dalam lingkungan pelayanan gereja, kontribusi mereka tidak berarti banyak, bahkan kadang menyusahkan pelayanan pekerjaan Tuhan.
Bagi mereka yang memiliki iman yang murni yang memiliki kebanggaan menderita bersama dengan Kristus adalah kelompok orang-orang yang membela pekerjaan Tuhan tanpa batas, artinya apapun bisa dikorbankan. Bahkan nyawa mereka telah disediakan untuk ibadah pengabdian mereka kepada Tuhan (2Tim. 4:6). Inilah yang dilakukan oleh jemaat mula-mula dan rasul Paulus sendiri sebagai modelnya (Flp. 1:29-30). Mereka tidak lagi dibilangkan sebagai orang beragama, sebab bagi mereka seluruh kehidupannya adalah ibadah kepada Tuhan dan liturginya. Mereka bukan lagi menjadi orang Kristen yang melirik kuasa Tuhan sebagai bekal mengarungi hidup ini, sebab mereka sudah memiliki bekal dalam hidup ini yaitu Tuhan sendiri. Mereka tidak lagi menuntut Tuhan menyertai mereka dalam kehidupan ini, tetapi mohon anugerah Tuhan untuk bisa menyertai pekerjaan-Nya. Bagi mereka waktu ini menjadi berharga sebab mereka menyadari waktu untuk menyelesaikan pekerjaan Bapa sungguh sangat singkat.
Kebanggaan kita adalah salib, yaitu jika kita bisa menderita bersama-sama dengan Tuhan Yesus.
No comments:
Post a Comment