Wednesday 3 October 2012

Aroma Kehidupan

Kehidupan orang percaya harus menjadi keharuman yang dapat dicium setiap orang yang ada di sekitarnya, bukan bau busuk yang membuat orang tidak nyaman. Keharuman di sini maksudnya adalah semua tindakan atau perbuatan yang tidak melukai, tetapi menyukakan hati. Hal ini tidak selalu berarti harus memberi uang atau sesuatu yang berbentuk materi. Keramahan yang murni, perkataan yang bijaksana dan sopan serta senyuman yang tulus juga merupakan pemberian yang menyejukkan setiap orang. Selanjutnya kita bisa membagi harta kita kepada mereka yang berkekurangan dan klimaksnya adalah membagikan keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus melalui pemberitaan kebenaran dan peragaan kehidupan yang dilihat sesama. Inilah yang juga dimaksud dengan menjadi surat yang terbuka (2Kor. 3:3). Bagaimanapun sebenarnya hidup kita seperti ikan di aquarium yang dapat dilihat semua orang setiap hari. Tidak seorang pun dari kita dapat menghindarkan diri dari kenyataan ini. Hidup kita juga seperti aroma yang pasti dicium setiap orang. Apakah berbau harum atau busuk tergantung kepada masing-masing individu. Allah Bapa tidak menentukan ada orang-orang yang pasti berbau harum dan yang lain berbau busuk. Dunia di sekitar akan menjadi saksi dan bukti apakah kita pantas diakui sebagai anak-anak Allah atau bukan. Mereka akan menjadi saksi dan bukti yang jujur.

Pada hari penghakiman nanti akan terbukti apakah seseorang diperkenan oleh Tuhan atau tidak, tergantung bagaimana seseorang mengemas hidupnya, menjadi bau harum atau busuk. Bukan Allah yang menentukan. Beranggapan Allah yang menentukan berarti ia menuduh Allah sumber kejahatan. Oleh sebab itu jangan remehkan orang-orang di sekitar kita yang menjadi saksi dan bukti. Terutama perhatikan bahwa mereka yang berkekurangan adalah perwakilan Tuhan sekarang ini di bumi ini dan mereka diakui Tuhan sebagai saudara-Nya (Mat. 25:31-46). Di penghakiman nanti Tuhan mewakili mereka. Betapa menyesalnya seseorang yang memperlakukan sesamanya secara kejam dan sesuka hatinya sendiri ketika sadar di kekekalan bahwa mereka adalah perwakilan Tuhan di bumi sekarang ini. Kalau waktu bisa diputar ke belakang orang kaya yang di kisahkan dalam Lukas 16, pasti berbuat sebaik-baiknya bagi Lazarus. Tetapi semua sudah terlambat, waktu tidak bisa diputar ulang. Ia membiarkan Lazarus mati di depan matanya dan ia merasa tidak bertanggung jawab atas hal itu. Padahal setiap kita adalah penjaga bagi saudara kita, yaitu mereka yang membutuhkan pertolongan. Kalau kita bertumbuh dalam karakter Bapa, maka kita akan mengerti bagaimana seharusnya kita memikul beban orang lain.

Pada hari penghakiman akan terbukti, apakah seseorang diperkenan oleh Tuhan atau tidak, tergantung bagaimana mengemas hidupnya, menjadi bau harum atau busuk.

No comments:

Post a Comment