Saturday 13 October 2012

Berfantasi Anugerah

Sebenarnya menjadi orang percaya sama dengan menjadi anak Allah. Dan untuk ini dibutuhkan usaha yang sepenuhnya ditentukan oleh masing-masing individu setelah mengenal anugerah keselamatan dalam Yesus Kristus. Anugerah yang diterima hanya dengan percaya dalam hati atau disetujui oleh pikiran bukanlah anugerah. Tetapi sekedar fantasi mengenai anugerah. Seperti halnya olahraga fisik (sport), kalau hanya berupa teori di pikiran berarti “olah raga dalam hati” atau berfantasi olahraga. Teori mengenai olahraga yang dikuasai seseorang selengkap bagaimanapun tidak akan berdampak sama sekali dalam hidupnya, kecuali praktek langsung berolahraga. Masalahnya, kalau seseorang sudah lama tidak membiasakan diri berolahraga, maka sangat malas atau enggan berolahraga, selain itu fisiknya juga perlu penyesuaian untuk diajak berolahraga. Jadi, kalau ada orang yang tidak pernah berolahraga dalam tempo waktu panjang sampai usia senja, maka sulitlah untuk memiliki kelenturan untuk berolahraga. Bahkan sampai pada keadaan tertentu, tubuh tidak bisa diajak berolahraga. Biasanya ini keadaan fisik yang hanya menunggu kematian.

Hal ini sama dengan kalau anugerah hanya menjadi renungan hati dan data yang tersimpan dalam memori pikiran semata-mata, berarti belum memiliki anugerah tersebut. Tetapi konyolnya, banyak orang yang sudah merasa memiliki anugerah tersebut hanya dengan berfantasi. Mereka berpendirian bahwa anugerah pemberian cuma-cuma, usaha manusia tidak perlu berperan sama sekali. Anugerah hanya menjadi bahan diskusi tanpa mengerti dan menerima tanggung jawab yang ada di dalamnya. Di dalam anugerah ada tanggung jawab, yaitu menerima rancangan Tuhan untuk mengembalikan manusia menjadi manusia Ilahi (man of God) yang dikehendaki oleh Allah. Jika seseorang tidak mau mengerti hal ini berarti dikategorikan sebagai menyia-nyiakan keselamatan (Ibr 2:1-4). Perhatikan, dalam teks ini terdapat kalimat “…harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus”. Kurang ketelitian mengakibatkan theolog-theolog menyusun doktrin keselamatan yang tidak tepat. Dalam Ibrani 2:2 mengatakan bahwa “Firman yang dikatakan dengan perantaraan malaikat-malaikat tetap berlaku, dan setiap pelanggaran dan ketidaktaatan mendapat balasan yang setimpal”. Teks ini menunjukkan mutlaknya untuk hidup dalam ketaatan. Memiliki ketaatan yang tidak sungguh-sungguh berarti mengabaikan anugerah keselamatan yang Allah Bapa sediakan. Selanjutnya Firman Tuhan katakan, bahwa mereka tidak akan luput dari dari hukuman. Anugerah tidak menjadi anugerah tanpa ketaatan.

Anugerah yang diterima hanya dengan percaya dalam hati atau disetujui oleh pikiran bukanlah anugerah, tetapi sekedar fantasi mengenai anugerah.

No comments:

Post a Comment