Sunday 21 October 2012

Apotasso

Untuk dapat mengalami peningkatan kualitas hidup sebagai keluarga Kerajaan, seseorang harus berani membayar harganya. Harganya adalah segenap hidup. Dalam perumpamaan mengenai peladang yang menemukan harta yang terpendam dan mutiara yang berharga, kedua-dua melepaskan segala sesuatu demi apa yang mereka nilai lebih berharga (Mat. 13:44-45). Hal inilah yang terjadi dalam hidup rasul Paulus, segala sesuatu yang dipandangnya berharga menjadi tidak berharga setelah Ia mengenal Tuhan Yesus Kristus (Flp. 3:7-8). Itulah sebabnya Tuhan Yesus menyatakan bahwa kalau seseorang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya ia tidak dapat menjadi murid-Nya (Luk. 14:33). Kata melepaskan dalam teks aslinya adalah apotassetai (ἀποτάσσεται) dari akar kata apotasso (ἀποτάσσω) yang artinya selain meninggalkan (take leave) juga berarti memisahkan diri (to set apart, separate). Keterangan waktu atau tense yang digunakan dalam teks tersebut adalah present active indicative yang menunjuk suatu kegiatan yang dilakukan terus menerus. Bukan memisahkan diri secara lahiriah tetapi secara batiniah.

Sesuatu yang dinilai berharga, pasti sesuatu yang membahagiakan hidup seseorang. Dengan melepaskan segala sesuatu yang dinilai berharga demi memperoleh Kristus, berarti menggantikan sumber kebahagiaan atau sukacita hidup. Ini adalah salah satu ciri yang jelas dari kehidupan orang-orang Kristen yang sudah mengalami kelahiran baru. Oleh sebab itu hendaknya, tidak merasa sudah lahir baru kalau masih menggantungkan suasana sukacita jiwa pada fasilitas dunia ini. Orang yang belum lahir baru tidak akan masuk Kerajaan Allah (Yoh. 3:3-5). Sebenarnya banyak orang Kristen dan pendeta yang masih berstatus demikian. Oleh kecerdikan iblis mereka disesatkan atau dibutakan sehingga tidak menyadari keadaan tersebut. Mereka pasti belum memahami Kerajaan Allah, sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Mereka belum hidup dalam pemerintahan Allah. Mereka tidak dapat mewujudkan Doa Bapa Kami, “datanglah Kerajaan-Mu”, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Sorga. Karena tidak hidup dalam pemerintahan Kerajaan Allah, berarti hidup dalam pemerintahan kekuasaan yang lain. Ini sama artinya dengan menyembah Iblis (Luk. 4:5-8). Menyembah iblis bukan hanya berarti melakukan ritual agama setan, tetapi ketika seseorang tidak hidup dalam pemerintahan Allah, berarti ia telah tunduk atau menyembah iblis. Orang seperti ini bisanya hidup “suka-suka sendiri”. Ia merasa dirinya sudah bebas atau merdeka, pada hal justru mereka terbelenggu dengan kuat.

Ketika seseorang tidak hidup dalam pemerintahan Allah, berarti ia telah tunduk atau menyembah iblis.

No comments:

Post a Comment