Untuk dapat mengalami peningkatan kualitas hidup sebagai keluarga
Kerajaan, seseorang harus berani membayar harganya. Harganya adalah
segenap hidup. Dalam perumpamaan mengenai peladang yang menemukan harta
yang terpendam dan mutiara yang berharga, kedua-dua melepaskan segala
sesuatu demi apa yang mereka nilai lebih berharga (Mat. 13:44-45). Hal
inilah yang terjadi dalam hidup rasul Paulus, segala sesuatu yang
dipandangnya berharga menjadi tidak berharga setelah Ia mengenal Tuhan
Yesus Kristus (Flp. 3:7-8). Itulah sebabnya Tuhan Yesus menyatakan bahwa
kalau seseorang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya ia tidak
dapat menjadi murid-Nya (Luk. 14:33). Kata melepaskan dalam teks aslinya
adalah apotassetai (ἀποτάσσεται) dari akar kata apotasso (ἀποτάσσω)
yang artinya selain meninggalkan (take leave) juga berarti memisahkan
diri (to set apart, separate). Keterangan waktu atau tense yang
digunakan dalam teks tersebut adalah present active indicative yang
menunjuk suatu kegiatan yang dilakukan terus menerus. Bukan memisahkan
diri secara lahiriah tetapi secara batiniah.
Sesuatu yang dinilai berharga, pasti sesuatu yang membahagiakan hidup seseorang. Dengan melepaskan segala sesuatu yang dinilai berharga demi memperoleh Kristus, berarti menggantikan sumber kebahagiaan atau sukacita hidup. Ini adalah salah satu ciri yang jelas dari kehidupan orang-orang Kristen yang sudah mengalami kelahiran baru. Oleh sebab itu hendaknya, tidak merasa sudah lahir baru kalau masih menggantungkan suasana sukacita jiwa pada fasilitas dunia ini. Orang yang belum lahir baru tidak akan masuk Kerajaan Allah (Yoh. 3:3-5). Sebenarnya banyak orang Kristen dan pendeta yang masih berstatus demikian. Oleh kecerdikan iblis mereka disesatkan atau dibutakan sehingga tidak menyadari keadaan tersebut. Mereka pasti belum memahami Kerajaan Allah, sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Mereka belum hidup dalam pemerintahan Allah. Mereka tidak dapat mewujudkan Doa Bapa Kami, “datanglah Kerajaan-Mu”, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Sorga. Karena tidak hidup dalam pemerintahan Kerajaan Allah, berarti hidup dalam pemerintahan kekuasaan yang lain. Ini sama artinya dengan menyembah Iblis (Luk. 4:5-8). Menyembah iblis bukan hanya berarti melakukan ritual agama setan, tetapi ketika seseorang tidak hidup dalam pemerintahan Allah, berarti ia telah tunduk atau menyembah iblis. Orang seperti ini bisanya hidup “suka-suka sendiri”. Ia merasa dirinya sudah bebas atau merdeka, pada hal justru mereka terbelenggu dengan kuat.
Ketika seseorang tidak hidup dalam pemerintahan Allah, berarti ia telah tunduk atau menyembah iblis.
Sesuatu yang dinilai berharga, pasti sesuatu yang membahagiakan hidup seseorang. Dengan melepaskan segala sesuatu yang dinilai berharga demi memperoleh Kristus, berarti menggantikan sumber kebahagiaan atau sukacita hidup. Ini adalah salah satu ciri yang jelas dari kehidupan orang-orang Kristen yang sudah mengalami kelahiran baru. Oleh sebab itu hendaknya, tidak merasa sudah lahir baru kalau masih menggantungkan suasana sukacita jiwa pada fasilitas dunia ini. Orang yang belum lahir baru tidak akan masuk Kerajaan Allah (Yoh. 3:3-5). Sebenarnya banyak orang Kristen dan pendeta yang masih berstatus demikian. Oleh kecerdikan iblis mereka disesatkan atau dibutakan sehingga tidak menyadari keadaan tersebut. Mereka pasti belum memahami Kerajaan Allah, sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Mereka belum hidup dalam pemerintahan Allah. Mereka tidak dapat mewujudkan Doa Bapa Kami, “datanglah Kerajaan-Mu”, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Sorga. Karena tidak hidup dalam pemerintahan Kerajaan Allah, berarti hidup dalam pemerintahan kekuasaan yang lain. Ini sama artinya dengan menyembah Iblis (Luk. 4:5-8). Menyembah iblis bukan hanya berarti melakukan ritual agama setan, tetapi ketika seseorang tidak hidup dalam pemerintahan Allah, berarti ia telah tunduk atau menyembah iblis. Orang seperti ini bisanya hidup “suka-suka sendiri”. Ia merasa dirinya sudah bebas atau merdeka, pada hal justru mereka terbelenggu dengan kuat.
Ketika seseorang tidak hidup dalam pemerintahan Allah, berarti ia telah tunduk atau menyembah iblis.
No comments:
Post a Comment