Tuesday 16 October 2012

Aniaya Memurnikan Kekristenan

Percaya kepada Tuhan Yesus ditunjukkan dengan ketaatan kepada Allah Bapa. Ini bukan sekedar ketaatan kepada hukum moral, tetapi penurutan terhadap kehendak Allah. Kehendak Allah berbicara mengenai apa yang “diingini Allah Bapa untuk dilakukan”. Untuk ini seseorang harus benar-benar bertumbuh dalam pengertian yang tajam terhadap kebenaran, sehingga memiliki kepekaan untuk mengerti kehendak Allah. Terutama memahami apa yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus dan mengenal pribadi-Nya secara lengkap, sebab pada akhirnya atau goal yang harus dicapai adalah hidup sama seperti Tuhan Yesus hidup yaitu menyukakan hati Bapa. Kepekaan ini sama dengan kecerdasan roh atau kebijaksanaan Ilahi untuk mampu membaca pikiran dan perasaan Bapa yang berkenaan dengan kehidupannya secara pribadi. Dalam hal ini kepekaan mendengar suara Tuhan dan berdialog dengan Tuhan bukan diterima secara mistis, sebuah karunia yang diperoleh secara cepat, tetapi karena usaha individu memperbaharui pikiran dengan menggunakan sarana Firman Tuhan yang murni. Ini berarti harus melalui pergumulan yang berat dan panjang.

Ketaatan kepada Allah Bapa sama dengan kesediaan seseorang untuk mengenakan cara dan semua prinsip-prinsip hidup yang dikenakan oleh Tuhan Yesus. Ia hadir di bumi untuk melakukan tugas dari Bapa. Ia tidak mengumpulkan harta di dunia. Ia merasa dan menerima bahwa diri-Nya bukan berasal dari dunia ini. Ia berusaha sempurna seperti Bapa. Inilah ketaatan itu, kurang dari ini bukanlah ketaatan yang dikehendaki dan diharapkan oleh Alkitab. Jadi, kalau kita berbicara mengenai menjadi orang percaya berarti sama dengan menjadi seperti Tuhan Yesus Kristus. Kalau seseorang menyatakan diri percaya kepada Tuhan Yesus berarti ia wajib hidup sama seperti Dia telah hidup. Bagi orang-orang percaya yang hidup pada abad-abad awal, terutama ketika penganiayaan terhadap orang percaya berlangsung hebat, mereka dikondisi untuk menjadi orang percaya yang sejati. Tidak ada kesempatan untuk mengasihi dunia dan berbuat dosa. Sebaliknya, justru ketika kekristenan ada di dalam istana Roma (karena kaisar Roma berubah keyakinan menjadi Kristen), kekristenan menjadi lemah bahkan ambruk tidak berdaya. Ternyata kekristenan tidak sanggup mengubah perilaku orang-orang Romawi yang hidup dalam dosa yang menjijikkan. Akhirnya Romawi yang megah hancur berkeping-keping. Seiring dengan itu ekspansi agama besar dari Arab membahana merebut pusat gereja Timur (Turki) dan menguasai Palestina, sebagian Asia dan Afrika. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aniaya justru membuat kekristenan menjadi murni.

Goal yang harus dicapai adalah hidup sama seperti Tuhan Yesus hidup yaitu menyukakan hati Bapa

No comments:

Post a Comment