Wednesday 24 October 2012

Bersentuhan Dengan Allah

Bersentuhan dengan Tuhan secara pribadi akan membangun pengenalan Allah yang mahal tak ternilai. Hal ini sangat bersifat pribadi, subyektif dan tidak ada cara untuk dapat menjelaskan hal ini. Seseorang harus mengalaminya sendiri. Pengalaman ini bisa dikatakan sebagai pengalaman yang adikodrati (di luar kodrat biasa), supranatural (melampaui yang natural atau biasa), transenden (melampaui akal pikiran biasa) dan transempiris (melampaui pengalaman yang sudah ada). Jika seseorang benar-benar bersentuhan dengan pribadi Allah, maka barulah disebut sebagai benar-bernar menemukan Tuhan. Seringkali orang-orang Kristen dari aliran tertentu merasa sudah bersentuhan dengan Allah hanya karena emosinya tersentuh. Harus hati-hati, karena melankolisme dan emosi keberagamaan juga bisa membuat seseorang meneteskan air mata dan berbagai pengalaman lain yang sering diakui sebagai bertemu dengan Tuhan, dijamah Tuhan atau diurapi. Pada hal sering kali semua itu hanya fenomena jiwa semata-mata. Banyak mereka yang terpenjara atau terkunci di sana. Mereka merasa ada dalam fenomena alam roh dan persekutuan

dengan Allah, pada hal mereka ada dalam fantasi kosong. Hal ini akan nyata atau terbukti dari sikap hidup mereka setiap hari. Mereka merasa sudah dipenuhi Roh Kudus dan hidup dalam persekutuan dengan Allah, tetapi bertikai dengan anak Tuhan lain karena berbagai alasan. Di antaranya masih terikat dengan pola hidup keduniawian, yaitu bangga dengan berbagai keberhasilan hidup secara duniawi dan keinginan-keinginan memiliki apa yang anak dunia miliki.

Seseorang yang menemukan Tuhan dengan benar seperti rasul Paulus, hidupnya pasti akan berubah secara radikal dan luar biasa. Tuhan Yesus menggambarkan seperti seseorang yang menemukan harta yang terpendam dan mutiara yang sangat berharga. Ia rela kehilangan segala sesuatu demi harta kekayaan dan mutiara yang indah tersebut (Mat. 13:44-45). Menemukan Tuhan seperti menemukan harta yang ternilai harganya. Ciri dari orang yang telah menemukan Tuhan akan rela barter demi supaya dapat memperolehnya secara penuh (Flp. 3:7-9). Selanjutnya

ia akan berusaha menanggulangi dosa dan kelemahan karakternya dengan sangat serius. Ia menjadi tidak duniawi, pikirannya ditujukan ke langit baru dan bumi yang baru. Ia akan berusaha melakukan kehendak dan rencana Tuhan dengan mengorbankan apa saja yang bisa dikorbankan. Kerinduan ini harus menjadi kerinduan yang lebih besar dari segala kerinduan dan yang pernah kita miliki dan rasakan. Sampai rasanya tidak ada kebutuhan yang lebih besar dari ini. Hal ini disebut sebagai haus dan lapar akan kebenaran.

Seseorang yang bersentuhan dengan Tuhan secara benar, hidupnya pasti akan berubah secara radikal dan luar biasa.

No comments:

Post a Comment