Saturday 27 October 2012

Penjara Tuhan

Ketika seseorang dimerdekakan oleh pengorbanan Tuhan Yesus dari majikan lama yaitu kuasa kegelapan, maka selanjutnya orang percaya harus masuk ke dalam penjara Tuhan dan dibelenggu oleh Tuhan. Persoalan penting yang harus digumuli adalah bagaimana masuk penjara Tuhan. Paulus mengatakan bahwa barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya (Gal. 5:24). Inilah konsekuensi menjadikan Tuhan

Yesus sebagai Tuhan atau majikan dalam hidup ini. Kita tidak boleh memiliki keinginan kecuali sesuatu tersebut diingini oleh Tuhan. Jika tidak, berarti kita menjadikan diri kita sebagai tuhan; I am the master. Kalau orang menjadikan Tuhan sebagai majikannya maka keinginannya disesuaikan dengan keinginan Tuhan. Inilah yang dimaksud dengan hidup dipimpin oleh roh (Gal. 5:25). Dalam teks aslinya kalimat ini adalah pneumati kai stoikomen (πνεύματι καὶ στοιχῶμεν) yang artinya berjalan seiring dengan roh. Orang yang masih memilki keinginan-keinginan dunia ini adalah orang-orang yang tidak akan bisa berjalan seiring dengan roh, sebab ia masih terikat dengan keinginan keinginannya sendiri. Tuhan masih mentolerir sementara waktu

kalau ada orang Kristen yang masih mau mengumbar keinginan-keinginannya sendiri, tetapi hal ini mendukakan Roh Kudus. Kalau dalam level tertentu ia tidak mau menanggalkan keinginannya sendiri, maka ia akan sampai taraf menghujat Roh Kudus. Roh Kudus tidak bisa membelenggu orang tersebut dan Tuhan tidak bisa memilikinya sebab ia memiliki dirinya sendiri.

Itulah sebabnya Tuhan memberi suatu kuk, maksudnya agar orang percaya bisa dikuasai atau dibelenggu oleh Tuhan. Proses dibelenggu oleh Tuhan ini merupakan proses yang berat dan sukar. Dengan segala cara Tuhan akan mendidik kita sebagai anak-anak-Nya untuk mengambil bagian dalam kekudusan Allah, artinya berjalan seiring dengan Dia (Ibr. 12:6-10). Banyak orang tidak sanggup dan meninggalkan gelanggang perlombaan yang diwajibkan (Ibr. 12:1-3). Mereka tidak

berani meninggalkan kesenangan dunia, karena takut hidup kurang bahagia, kurang lengkap dan aneh di mata dunia ini. Harus diperhatikan bahwa kita tidak akan dipermuliakan kalau tidak menderita bersama dengan Tuhan Yesus (Rm. 8:17). Penderitaan yang paling berat adalah kalau seseorang meninggalkan dirinya sendiri. Ini sama dengan apa yang dimaksud oleh Tuhan Yesus sebagai kehilangan nyawa (Mat. 10:39). Tuhan mengosongkan diri-Nya, jadi meninggalkan kemuliaan sama dengan “kehilangan nyawa”. Inilah jejak Kristus yang harus menjadi teladan hidup, untuk itu kita harus mengikuti jejak-Nya.

Orang yang menjadikan Tuhan sebagai majikannya maka keinginannya akan disesuaikan dengan keinginan Tuhan.

No comments:

Post a Comment