Wednesday 17 October 2012

Tergantung Kehendak Individu

Ketaatan yang sejati yang harus dimiliki orang percaya tidak dapat terwujud secara otomatis tanpa niat individu itu sendiri. Ketaatan harus dinyalakan oleh masing-masing individu dan terus dikembangkan atau ditumbuhkan sampai seseorang memiliki ketaatan kepada Bapa yang berkualitas seperti Tuhan Yesus. Seseorang harus memiliki niat yang kuat, serius dan tulus untuk itu. Usaha ini harus dijadikan tugas kehidupan yang lebih penting dari studi, berkarir, mencari nafkah, berumah tangga dan lain sebagainya. Inilah yang dimaksud oleh Tuhan Yesus agar kita tidak mengumpulkan harta di bumi tetapi di Sorga. Inilah yang juga dimaksud dengan mendahulukan Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya. Percintaan dunia harus ditinggalkan, fokus harus ditujukan ke langit baru dan bumi yang baru. Hidup di dunia hanyalah untuk melakukan kehendak Allah. Hal ini memang nyaris mustahil untuk dilakukan berhubung warna dunia semakin fasik, tetapi Tuhan Yesus akan mengajar kita untuk bisa melakukannya sama seperti Dia telah melakukannya. Inilah tugas kehidupan yang tidak boleh dihindari.

Seperti Tuhan Yesus melakukan kehendak Bapa atas kehendak-Nya sendiri demikian seharusnya kita melakukan kehendak Allah Bapa atas kehendak kita sendiri dengan sadar dan sengaja. Tuhan Yesus tidak dikendalikan oleh Allah Bapa dalam tugas ke-Mesiasan-Nya, seperti robot yang diatur oleh “remote control”. Ia harus bertindak dalam free will (kehendak bebas) sebagai bukti kecintaan-Nya kepada Allah Bapa. Sehingga ia dapat menyelesaikan tugas-tugas-Nya dengan baik dan menerima kemuliaan. Jika Bapa yang mengontrol secara mutlak semua gerak hidup Tuhan Yesus maka Bapa lah yang menerima mahkota bagi diri-Nya sendiri. Tetapi ternyata bukan diri Allah Bapa yang menerima kemuliaan, tetapi diri Tuhan Yesus yang dengan sadar dan sengaja melakukan kehendak Bapa. Hal ini terjadi agar keadilan Allah tergelar. Kalau Tuhan Yesus dalam kendali Allah Bapa tanpa memiliki kehendak bebas melakukan tugas penyelamatan, maka semua hanyalah sandiwara. Tentu Allah bukanlah pribadi yang tidak sehat, yang melakukan sandiwara sendiri. Hal ini bertentangan dengan hakekat Allah yang adil dan mulia. Sebagai perbandingan, Lusifer yang jatuh, yaitu yang menjadi musuh Allah tentu eksis atau berada bukan karena Allah yang menghendaki. Allah Bapa menciptakan “sosok Lusifer” bukan untuk menjadi pemberontak dan membinasakan kehidupan, tetapi sosok tersebut telah mengambil keputusan untuk memberontak sehingga ia memposisikan diri sebagai musuh Allah. Ini bukan kesalahan Allah Bapa.

Demikian seharusnya kita melakukan kehendak Allah Bapa atas kehendak kita sendiri dengan sadar dan sengaja.

No comments:

Post a Comment