Karena masalah sumber kebahagiaan menentukan nasib kekal seseorang, maka
betapa sentralnya masalah ini dalam kehidupan. Kita harus
mempersoalkannya secara serius. Harus kita sadari bahwa sumber alasan
atau landasan kebahagiaan yang membuat seseorang merasa bahagia dan
berarti, jika sudah biasa dinikmati akan menyatu dalam jiwa dan menjadi
cita rasa jiwa yang permanen. Hal ini sangat mempengaruhi karakter atau
watak seseorang. Kualitas hidup atau wajah batiniah seseorang sangat
dipengaruhi oleh hal ini. Filosofi hidup sangat diperankan atau
dipengaruhi atau ditentukan oleh apa yang telah memenuhi pikirannya
dalam kurun waktu yang lama. Tanpa disadari seseorang membangun filosofi
hidupnya dari perjalanan hidup yang telah dijalaninya. Bagaimana
filosofinya hidupnya hari ini adalah peta dari perjalanan hidup yang
telah dijalaninya. Pada umumnya filosofi hidup seseorang adalah filosofi
dunia yang membuat dirinya bisa agung dan mulia di mata dunia tetapi
tidak di mata Allah. Filosofi dunia adalah asuhan oknum jahat yaitu
Lusifer yang jatuh, yang menyeret seseorang kepada kerajaan kegelapan.
Seseorang yang sumber kebahagiaannya dunia ini akan pasti mengenakan
kodrat manusia.
Keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus dihadirkan, agar manusia menerima pembebasan dari filosofi tersebut. Tentu hal ini melalui perjalanan proses keselamatan yang tidak sederhana. Tidak cukup hanya mengaku dengan mulut bahwa dirinya percaya kepada Tuhan Yesus, tetapi harus memberi diri bertobat. Bertobat artinya berbalik (syub) atau berubah pikiran (metanoia). Pertobatan harus terjadi setiap hari, yaitu seiring dengan perubahan pikiran seseorang (Rm. 12:2; metamorphoste). Dalam hal ini Injil berperan untuk menyelamatkan. Injil itulah kuasa Allah (Rm. 1:16-17). Oleh sebab itu berbicara mengenai kuasa Allah jangan menghubungkan dengan pemenuhan kebutuhan jasmani, tetapi pada kuasa yang memperbaharui filosofi. Pembaharuan filosofi hidup atau sama dengan bertumbuhnya pengenalan akan Allah ini akan membuahkan seseorang memiliki sumber kebahagiaan yang berubah pula. Perubahan sumber kebahagiaan tentu saja akan membuat seseorang tidak mengenakan kodrat manusia berdosa tetapi kodrat Ilahi. Pelayanan dalam gereja harus memiliki fokus yang kuat dan jelas di sini. Jika tidak, maka gereja menjadi antek kuasa kegelapan untuk melestarikan gairah salah yang sudah mengakar dalam kehidupan jemaat. Firman Tuhan yang murni yang harus terus menerus memperbaharui pola berpikir jemaat Tuhan. Hal inilah sebenarnya dimaksud oleh Tuhan Yesus agar domba-domanya diberi makan (Yoh. 21:15-19).
Orang yang sumber kebahagiannya ditopang pada hal-hal duniawi, pasti belum lahir baru.
Keselamatan dalam Tuhan Yesus Kristus dihadirkan, agar manusia menerima pembebasan dari filosofi tersebut. Tentu hal ini melalui perjalanan proses keselamatan yang tidak sederhana. Tidak cukup hanya mengaku dengan mulut bahwa dirinya percaya kepada Tuhan Yesus, tetapi harus memberi diri bertobat. Bertobat artinya berbalik (syub) atau berubah pikiran (metanoia). Pertobatan harus terjadi setiap hari, yaitu seiring dengan perubahan pikiran seseorang (Rm. 12:2; metamorphoste). Dalam hal ini Injil berperan untuk menyelamatkan. Injil itulah kuasa Allah (Rm. 1:16-17). Oleh sebab itu berbicara mengenai kuasa Allah jangan menghubungkan dengan pemenuhan kebutuhan jasmani, tetapi pada kuasa yang memperbaharui filosofi. Pembaharuan filosofi hidup atau sama dengan bertumbuhnya pengenalan akan Allah ini akan membuahkan seseorang memiliki sumber kebahagiaan yang berubah pula. Perubahan sumber kebahagiaan tentu saja akan membuat seseorang tidak mengenakan kodrat manusia berdosa tetapi kodrat Ilahi. Pelayanan dalam gereja harus memiliki fokus yang kuat dan jelas di sini. Jika tidak, maka gereja menjadi antek kuasa kegelapan untuk melestarikan gairah salah yang sudah mengakar dalam kehidupan jemaat. Firman Tuhan yang murni yang harus terus menerus memperbaharui pola berpikir jemaat Tuhan. Hal inilah sebenarnya dimaksud oleh Tuhan Yesus agar domba-domanya diberi makan (Yoh. 21:15-19).
Orang yang sumber kebahagiannya ditopang pada hal-hal duniawi, pasti belum lahir baru.
No comments:
Post a Comment