Thursday 6 September 2012

Menerima Anugerah

Panggilan untuk menerima anugerah tidak otomatis membuat seseorang menerima anugerah. Anugerah itu harus diresponi secara benar. Harus diingat bahwa banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang terpilih (Mat. 22:14). Penjelasan ini bukan berarti membuat anugerah menjadi kurang berharga tetapi justru menjadi sangat berharga dan tidak murahan. Memahami anugerah harus tepat benar. Anugerah bukan berarti manusia si penerima anugerah tidak memiliki langkah sama sekali untuk meraih anugerah tersebut. Kalau seseorang mendapat suatu hadiah gratis tanpa membayar (anugerah), bukan berarti dia hanya diam saja lalu anugerah datang dengan sendirinya. Ia harus melangkah mengambil hadiah tersebut. Inilah respon tersebut. Jika manusia bisa atau boleh diam saja menerima anugerah, manusia menjadi manusia yang tidak bertanggung jawab sama sekali. Pola ini bertentangan dengan hakekat Allah dan hakekat manusia. Perjalanan bangsa Israel di padang gurun juga menunjukkan hakekat tersebut. Allah membebaskan mereka, tetapi mereka juga harus bertanggung jawab atas proyek pembebasan tersebut. Bahkan tanggung jawabnya sampai pada titik di mana Allah seakan-akan tidak ikut bertindak, yaitu ketika mereka masuk tanah Kanaan, bangsa Israel harus menaklukkan bangsa-bangsa di Kanaan dengan perang dan secara bertahap.

Di seluruh kitab Perjanjian Baru, kita temukan panggilan untuk menerima anugerah tersebut dalam berbagai bentuk, seperti misalnya panggilan untuk dijadikan murid, harus memikul kuk dan belajar dari Tuhan Yesus yang lemah lembut dan rendah hati, perjuangan untuk masuk pintu yang sesak, meninggalkan segala sesuatu barulah dapat menjadi murid Tuhan, tidak mengasihi nyawa, tidak mengasihi dunia ini dan segala isinya dan lain sebagainya. Semua ini tidak bisa diraih dalam sekejab, harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh oleh masing-masing individu. Kesalahpahaman mengenai hal ini tidak menggerakkan seseorang untuk bertumbuh dalam Tuhan. Mereka hanya menunggu anugerah yang mengerjakan semuanya. Mereka berpikir kalau manusia dituntut responnya maka anugerah tidak lagi menjadi anugerah. Mereka berpikir bahwa keselamatan adalah “only by grace dan only by faith” (hanya oleh anugerah dan hanya oleh iman). Respon manusia tidak dibutuhkan sama sekali. Semua dikerjakan oleh Allah agar manusia tidak bisa sombong. Sejatinya, sekalipun manusia memberikan respon, respon manusia bukanlah sesuatu yang dianggap sebagai jasa. Jadi, Paulus bisa mengatakan bahwa keselamatan bukanlah hasil usaha kita, maksudnya bahwa manusia mau berbuat sesempurna bagaimanapun jika tanpa salib menjadi percuma.

Anugerah mengandung tanggung jawab. Percaya mengandung resiko.

No comments:

Post a Comment