Panggilan untuk menerima anugerah tidak otomatis membuat seseorang
menerima anugerah. Anugerah itu harus diresponi secara benar. Harus
diingat bahwa banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang terpilih (Mat.
22:14). Penjelasan ini bukan berarti membuat anugerah menjadi kurang
berharga tetapi justru menjadi sangat berharga dan tidak murahan.
Memahami anugerah harus tepat benar. Anugerah bukan berarti manusia si
penerima anugerah tidak memiliki langkah sama sekali untuk meraih
anugerah tersebut. Kalau seseorang mendapat suatu hadiah gratis tanpa
membayar (anugerah), bukan berarti dia hanya diam saja lalu anugerah
datang dengan sendirinya. Ia harus melangkah mengambil hadiah tersebut.
Inilah respon tersebut. Jika manusia bisa atau boleh diam saja menerima
anugerah, manusia menjadi manusia yang tidak bertanggung jawab sama
sekali. Pola ini bertentangan dengan hakekat Allah dan hakekat manusia.
Perjalanan bangsa Israel di padang gurun juga menunjukkan hakekat
tersebut. Allah membebaskan mereka, tetapi mereka juga harus bertanggung
jawab atas proyek pembebasan tersebut. Bahkan tanggung jawabnya sampai
pada titik di mana Allah seakan-akan tidak ikut bertindak, yaitu ketika
mereka masuk tanah Kanaan, bangsa Israel harus menaklukkan bangsa-bangsa
di Kanaan dengan perang dan secara bertahap.
Di seluruh kitab Perjanjian Baru, kita temukan panggilan untuk menerima anugerah tersebut dalam berbagai bentuk, seperti misalnya panggilan untuk dijadikan murid, harus memikul kuk dan belajar dari Tuhan Yesus yang lemah lembut dan rendah hati, perjuangan untuk masuk pintu yang sesak, meninggalkan segala sesuatu barulah dapat menjadi murid Tuhan, tidak mengasihi nyawa, tidak mengasihi dunia ini dan segala isinya dan lain sebagainya. Semua ini tidak bisa diraih dalam sekejab, harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh oleh masing-masing individu. Kesalahpahaman mengenai hal ini tidak menggerakkan seseorang untuk bertumbuh dalam Tuhan. Mereka hanya menunggu anugerah yang mengerjakan semuanya. Mereka berpikir kalau manusia dituntut responnya maka anugerah tidak lagi menjadi anugerah. Mereka berpikir bahwa keselamatan adalah “only by grace dan only by faith” (hanya oleh anugerah dan hanya oleh iman). Respon manusia tidak dibutuhkan sama sekali. Semua dikerjakan oleh Allah agar manusia tidak bisa sombong. Sejatinya, sekalipun manusia memberikan respon, respon manusia bukanlah sesuatu yang dianggap sebagai jasa. Jadi, Paulus bisa mengatakan bahwa keselamatan bukanlah hasil usaha kita, maksudnya bahwa manusia mau berbuat sesempurna bagaimanapun jika tanpa salib menjadi percuma.
Anugerah mengandung tanggung jawab. Percaya mengandung resiko.
Di seluruh kitab Perjanjian Baru, kita temukan panggilan untuk menerima anugerah tersebut dalam berbagai bentuk, seperti misalnya panggilan untuk dijadikan murid, harus memikul kuk dan belajar dari Tuhan Yesus yang lemah lembut dan rendah hati, perjuangan untuk masuk pintu yang sesak, meninggalkan segala sesuatu barulah dapat menjadi murid Tuhan, tidak mengasihi nyawa, tidak mengasihi dunia ini dan segala isinya dan lain sebagainya. Semua ini tidak bisa diraih dalam sekejab, harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh oleh masing-masing individu. Kesalahpahaman mengenai hal ini tidak menggerakkan seseorang untuk bertumbuh dalam Tuhan. Mereka hanya menunggu anugerah yang mengerjakan semuanya. Mereka berpikir kalau manusia dituntut responnya maka anugerah tidak lagi menjadi anugerah. Mereka berpikir bahwa keselamatan adalah “only by grace dan only by faith” (hanya oleh anugerah dan hanya oleh iman). Respon manusia tidak dibutuhkan sama sekali. Semua dikerjakan oleh Allah agar manusia tidak bisa sombong. Sejatinya, sekalipun manusia memberikan respon, respon manusia bukanlah sesuatu yang dianggap sebagai jasa. Jadi, Paulus bisa mengatakan bahwa keselamatan bukanlah hasil usaha kita, maksudnya bahwa manusia mau berbuat sesempurna bagaimanapun jika tanpa salib menjadi percuma.
Anugerah mengandung tanggung jawab. Percaya mengandung resiko.
No comments:
Post a Comment