Menjadi masalah yang sangat mengerikan, ketika seseorang tidak memiliki
pemahaman yang benar mengenai sosok Tuhan yang benar, Tuhan seakan-akan
membiarkannya dalam kesalahan tersebut. Sehingga banyak orang semakin
terjerumus ke dalam kesesatan yang tidak disadari. Sehingga bukan hanya
diri orang tersebut yang sesat, tetapi ia juga menyesatkan orang lain.
Menjawab masalah ini perlu kita memeriksa beberapa teks Alkitab. Firman
Tuhan mengatakan: Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala
sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya (Yer.
17:9) ? Kata licik dalam teks aslinya aqob (בֹקָע) yang selain berarti
menipu (deceitful), juga berarti sly (licik) dan juga insidious
(tersembunyi dan membahayakan). Kata membatu dalam teks aslinya adalah
anash (שַׁנאָ) artinya menjadi lemah (to be weak) dan sakit (sick)
desperately sick, incurable (tidak bisa disembuhkan). Pada dasarnya hati
manusia itu membahayakan, licik dan tidak bisa disembuhkan. Kalau
seseorang tidak sungguh-sungguh memiliki nurani yang baik, maka ia tidak
bisa mengenali dirinya dengan benar. Inilah yang dimaksudkan oleh Tuhan
Yesus: … jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang
yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu (Mat. 6:22-23).
Kalau memperhatikan konteks kalimat tersebut Tuhan Yesus sedang
berbicara mengenai harta dunia.
Dahulu kita berpikir bahwa Tuhan akan memaksa seseorang untuk mengenali diri-Nya dengan benar, tetapi ternyata tidak. Orang-orang yang sampai akhirnya tidak dikenal oleh Tuhan bukan orang-orang yang berada di luar lingkungan gereja. Kebanyakan mereka adalah orang-orang yang sudah berprestasi dalam mujizat dan tanda ajaib. Mengapa mereka sampai pada keadaan tidak dapat mengenal dirinya? Ternyata di balik yang kita dapat sentuh dan lihat ada peraturan kehidupan yang harus ditegakkan, bahwa sebagaimana Allah berfirman, yaitu masing-masing orang harus menjaga hatinya (Ams. 4:23). Tuhan membiarkan taman hati kita tidak dipagari oleh Tuhan, sebab kita sendiri yang harus menjaganya. Penyesatan dalam hati tidak terjadi dalam satu hari saja, tetapi dalam perjalanan panjang kehidupan. Dalam pergumulan tersebut baik Tuhan maupun kuasa kegelapan harus tunduk kepada aturan mainnya (rule of gamenya). Seperti Iblis tidak memaksa seseorang menjadi buta sehingga tidak mengenali hatinya. Demikian pula dengan Tuhan tidak akan pernah memaksa seseorang supaya mengenali hatinya sendiri. Setiap orang harus bergumul dalam kehendak dan pilihan bebasnya untuk menentukan keadaannya.
Tuhan membiarkan taman hati kita tidak dipagari oleh-Nya, sebab kita sendiri yang harus memagari dan menjaganya.
Dahulu kita berpikir bahwa Tuhan akan memaksa seseorang untuk mengenali diri-Nya dengan benar, tetapi ternyata tidak. Orang-orang yang sampai akhirnya tidak dikenal oleh Tuhan bukan orang-orang yang berada di luar lingkungan gereja. Kebanyakan mereka adalah orang-orang yang sudah berprestasi dalam mujizat dan tanda ajaib. Mengapa mereka sampai pada keadaan tidak dapat mengenal dirinya? Ternyata di balik yang kita dapat sentuh dan lihat ada peraturan kehidupan yang harus ditegakkan, bahwa sebagaimana Allah berfirman, yaitu masing-masing orang harus menjaga hatinya (Ams. 4:23). Tuhan membiarkan taman hati kita tidak dipagari oleh Tuhan, sebab kita sendiri yang harus menjaganya. Penyesatan dalam hati tidak terjadi dalam satu hari saja, tetapi dalam perjalanan panjang kehidupan. Dalam pergumulan tersebut baik Tuhan maupun kuasa kegelapan harus tunduk kepada aturan mainnya (rule of gamenya). Seperti Iblis tidak memaksa seseorang menjadi buta sehingga tidak mengenali hatinya. Demikian pula dengan Tuhan tidak akan pernah memaksa seseorang supaya mengenali hatinya sendiri. Setiap orang harus bergumul dalam kehendak dan pilihan bebasnya untuk menentukan keadaannya.
Tuhan membiarkan taman hati kita tidak dipagari oleh-Nya, sebab kita sendiri yang harus memagari dan menjaganya.
No comments:
Post a Comment