Monday 17 September 2012

Sarana Dialog

Kalau dalam berdialog dengan sesama manusia selalu menggunakan beberapa sarana antara lain mulut, telinga serta anggota tubuh lainnya. Mulut untuk berbicara menyampaikan pesan dan telinga untuk mendengar. Mata juga dapat menjadi alat atau sarana komunikasi. Berdialog dengan Tuhan juga membutuhkan sarana. Kalau hanya menggunakan sarana-sarana tersebut maka itu baru dialog satu arah dan belum lengkap. Tuhan bisa melihat dan mendengar seseorang, tetapi dengan indera jasmani seseorang tidak bisa melihat Tuhan mendengar suara-Nya. Sarana untuk berdialog dengan Tuhan haruslah menggunakan pikiran. Percakapan yang ideal yang harus dimiliki anak-anak Tuhan adalah percakapan dengan pikiran. Itulah sebabnya perlunya melatih dan membiasakan pikiran berdialog dengan Tuhan. Persoalannya adalah dengan cara bagaimanakah seseorang melatih dan membiasakan diri berdialog dengan Tuhan dalam pikiran? Dengan cara mengisi pikiran dengan kebenaran-kebenaran Allah. Pikiran yang diisi dengan kebenaran yang murni dari hasil penggalian Firman Tuhan yang benar akan menciptakan percakapan dengan Tuhan terus menerus secara otomatis. Sebaliknya kalau pikiran diisi dengan konsep-konsep yang bertentangan dengan kehendak Allah, maka ia membangun komunikasi dengan musuh Allah. Tentu saja orang seperti ini tidak bisa “nyambung” dengan Tuhan atau tidak ada akses untuk berdialog dengan Tuhan. Semakin banyak kepalsuan yang diserap semakin nyambung dengan musuh Allah, tetapi semakin banyak kebenaran yang diserap maka semakin harmoni dan lancar dialog dengan Tuhan.

Tuhan tidak bisa berdialog dengan seseorang tanpa sarana kebenaran Firman Tuhan dalam pikiran orang tersebut. Sebagai gambaran, kalau seseorang bisa berdialog dengan sesamanya karena mereka memiliki pengertian yang sama dalam kata, kalimat, bahasa, pemahaman-pemahaman terhadap lingkungannya dan lain sebagainya. Seseorang tidak bisa berdialog dengan orang lain yang berbeda bahasa dan pengertian-pengertiannya terhadap lingkungan. Apalagi kalau berdialog dengan binatang, sudah sangat sulit dan mustahil. Kalau pun ada komunikasi, maka komunikasi tersebut komunikasi yang sangat terbatas. Kalau seseorang yang sejak kecil dibesarkan oleh orang hutan di tengah belantara hutan, setelah dewasa ia tidak akan bisa diajak berkomunikasi dengan manusia lain yang dibesarkan dalam lingkungan manusia. Itulah sebabnya Tuhan memberikan Firman-Nya yang memuat kebenaran yang harus terus menerus memperbaharui pikiran agar kita bisa berdialog dengan Dia.

Pikiran yang diisi dengan kebenaran yang murni dari hasil penggalian Firman Tuhan akan menciptakan percakapan dengan Tuhan terus menerus secara otomatis.

No comments:

Post a Comment