Sunday 2 September 2012

Memperbodoh Umat

Seorang pembicara jika belum mengalami lahir baru maka orientasi pem­bicaraannya adalah berkat jasmani, mujizat dan yang paling baik berbicara mengenai moralitas umum dan pengembangan kepribadian. Jemaat yang menerima kotbahnya bisa menjadi orang baik dan setia ke gereja, tetapi tidak pernah lahir baru. Jemaat tidak diarahkan untuk memahami pikiran dan perasaan Kristus atau karakter Allah sebagai cermin kehidupan. Biasanya cermin kehidupan mereka adalah hukum moral. Jadi, kalau mereka berbicara mengenai taat kepada Firman Tuhan, taat kepada kehendak Tuhan dan hidup suci, dasarnya adalah moralitas hukum torat atau moralitas umum. Mereka tidak mengarahkan jemaat kepada pikiran dan perasaan Kristrus. Sejatinya ini bukanlah kekristenan, kekristenan adalah pembaharuan pikiran sehingga seseorang mengenal kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna.

Ketika seseorang bertumbuh terus melalui pembaharuan pikiran, maka ia akan menemukan sosok baru dalam dirinya, sementara itu ia juga melihat sosok lain di dalam dirinya. Di situ terjadi masa transisi yang sangat penting dan genting, apakah ia mau meneruskan perjalanan atau berhenti. Dalam hal ini kita memahami mengapa Tuhan Yesus menyatakan bahwa mengikut Dia adalah perjuangan yang berat. Untuk itu harus menghitung anggarannya (Luk. 14). Harus berani melepaskan segala miliknya (Luk. 14:33). Harus rela memikul salib dan menyangkal diri (Mat. 10:38). Juga harus rela kehilangan nyawa, maksudnya kehilangan semua kesenangan yang dimiliki manusia pada umumnya di bumi ini (Mat. 10:39). Dengan kesediaan meninggalkan manusia lama, seseorang akan menjadi “manusia lain”. Manusia lain di sini bukan manusia aneh. Ia tetap memiliki nilai-nilai kemanusiaan (humanitas) tetapi orientasi berpikirnya sudah ke dunia lain, langit baru dan bumi yang baru.

Justru sering kali orang-orang Kristen yang berorientasi pada karunia-karunia roh secara tidak proporsional dan pada kelimpahan materi atau kemakmuran dengan menggunakan kuasa Allah untuk meraihnya, menjadi orang-orang yang sukar dimengerti oleh lingkungannya. Mereka orang-orang yang tidak logik dan mistis, semacam praktik perdukunan secara modern dan eksekutif di tengah-tengah peradaban kota. Mereka tidak sadar sedang digiring kepada kebodohan yang membuat mereka tidak akan mampu mendengar kebenaran. Banyak di antara mereka orang-orang yang berpendidikan tinggi dan memiliki posisi penting di perusahaan swasta maupun kantor pemerintah. Orang-orang ini membutuhkan Firman yang murni untuk dapat membawa mereka mengalami kelahiran baru.

Jadilah cerdas dengan kebenaran murni sehingga kita tidak dibodohi oleh kebenaran palsu.

No comments:

Post a Comment