Penyesatan yang sangat mengerikan telah terjadi selama ribuan tahun
dalam kehidupan banyak orang Kristen. Hampir semua orang Kristen merasa
mereka sudah atau bahkan telah menjadi anak-anak Allah sejak menjadi
orang Kristen. Seakan-akan status sebagai anak-anak Allah itu langsung
menempel dalam dirinya begitu menjadi orang Kristen. Bagi mereka yang
lahir dalam keluarga Kristen, seakan-akan kelahirannya di keluarga
tersebut merupakan hak istimewa untuk langsung menjadi anak-anak Allah.
Pengertian yang dimiliki oleh mereka adalah asal sudah percaya kepada
Tuhan Yesus Kristus, maka secara langsung dan otomatis menjadi anak-anak
Allah. Padahal mereka tidak memahami apa yang dimaksud percaya itu.
Mereka juga beranggapan bahwa asal sudah menerima Yesus Kristus, maka
mereka sudah menjadi anak-anak Allah. Padahal mereka belum memahami
dengan benar yang dimaksud dengan menerima Yesus Kristus itu. Apalagi
kalau sudah menjadi aktifis, bahkan menjadi pendeta, maka otomatis sudah
merasa sudah berstatus resmi sebagai anak-anak Allah.
Kesalahan ini membuat mereka tidak sungguh-sungguh berjuang untuk menjadi anak-anak Allah, karena mereka yakin bahwa korban Tuhan Yesus di kayu salib secara otomatis menjadikan mereka anak-anak Allah secara permanen. Anugerah keselamatan yang disediakan oleh Allah Bapa melalui korban Tuhan Yesus Kristus diterima dengan percaya dalam pikiran atau pengaminan akali tanpa respon tindakan konkrit, seakan-akan aktifitas pikiran sudah merubah hidup secara otomatis. Dalam hal ini harus bisa membedakan antara aktifitas pikiran untuk percaya dan perubahan pikiran (mind set) dalam proses transformasi. Banyak sekali orang Kristen merasa tenang dan nyaman sebab pasti diakui sebagai anak-anak Allah oleh Bapa di Sorga, padahal sebenarnya mereka masih berstatus “kandidat” atau calon. Memang tidak salah mereka menyebut anak-anak Allah, tetapi itu bukan sebutan final atau permanen. Karena pada akhirnya masih saja ada orang yang ditolak Allah. Siapapun mereka, bahkan yang sudah mengadakan banyak mujizat, bernubuat dan mengusir roh-roh jahat. Sebutan “calon” pasti tidak disukai. Mereka merasa sudah legal dan permanen menjadi anak-anak Allah. Harus diingat jika Alkitab menyebut anak-anak Allah, maka pada umumnya ada kondisi yang harus terpenuhi dalam hidup orang Kristen tersebut (Mat. 5:9; Luk. 6:35; Yoh. 1:12; Rm. 8:14; Gal. 3:26, 5:24-25; Fil. 2:15; 1 Yoh. 3:10). Harus memenuhi kriteria tertentu untuk disebut anak-anak Allah. Inilah sikap yang menerima anugerah yang bertanggung jawab.
Anugerah yang diresponi dengan benar akan membawa kita kepada proses untuk menjadi anak-anak Allah.
Kesalahan ini membuat mereka tidak sungguh-sungguh berjuang untuk menjadi anak-anak Allah, karena mereka yakin bahwa korban Tuhan Yesus di kayu salib secara otomatis menjadikan mereka anak-anak Allah secara permanen. Anugerah keselamatan yang disediakan oleh Allah Bapa melalui korban Tuhan Yesus Kristus diterima dengan percaya dalam pikiran atau pengaminan akali tanpa respon tindakan konkrit, seakan-akan aktifitas pikiran sudah merubah hidup secara otomatis. Dalam hal ini harus bisa membedakan antara aktifitas pikiran untuk percaya dan perubahan pikiran (mind set) dalam proses transformasi. Banyak sekali orang Kristen merasa tenang dan nyaman sebab pasti diakui sebagai anak-anak Allah oleh Bapa di Sorga, padahal sebenarnya mereka masih berstatus “kandidat” atau calon. Memang tidak salah mereka menyebut anak-anak Allah, tetapi itu bukan sebutan final atau permanen. Karena pada akhirnya masih saja ada orang yang ditolak Allah. Siapapun mereka, bahkan yang sudah mengadakan banyak mujizat, bernubuat dan mengusir roh-roh jahat. Sebutan “calon” pasti tidak disukai. Mereka merasa sudah legal dan permanen menjadi anak-anak Allah. Harus diingat jika Alkitab menyebut anak-anak Allah, maka pada umumnya ada kondisi yang harus terpenuhi dalam hidup orang Kristen tersebut (Mat. 5:9; Luk. 6:35; Yoh. 1:12; Rm. 8:14; Gal. 3:26, 5:24-25; Fil. 2:15; 1 Yoh. 3:10). Harus memenuhi kriteria tertentu untuk disebut anak-anak Allah. Inilah sikap yang menerima anugerah yang bertanggung jawab.
Anugerah yang diresponi dengan benar akan membawa kita kepada proses untuk menjadi anak-anak Allah.
No comments:
Post a Comment