Wednesday 19 September 2012

Intervensi Allah

Persoalannya adalah apakah Tuhan yang Maha Tahu bisa berintervensi di pikiran seseorang artinya memaksa mengajak dialog dengan orang tersebut? Tidak bisa, tepatnya Tuhan tidak mau. Walaupun Ia mampu tetapi ia tidak mau, sebab hal itu melanggar hakekat-Nya. Tuhan tidak memaksa seseorang berdialog dengan diri-Nya. Tuhan memberi anugerah, yaitu kemampuan dan fasilitas untuk bisa berdialog dengan diri-Nya dan tentu saja Tuhan memulai membuka jalan dialog tersebut. Tetapi kelangsungan berdialog terus menerus secara permanen dengan Allah tergantung masing-masing individu, apakah bersedia membuka pikirannya terhadap kebenaran. Allah Maha Tahu dan dapat berbuat apa saja tanpa seorang dapat menghalanginya. Tetapi Tuhan tidak memaksa seseorang membuka pikirannya bagi Dia. Sambungan dialog tersebut tergantung apakah seseorang secara berkesinambungan memperbaharui pikirannya untuk mengenal kebenaran, di dalamnya termasuk mengenal Allah. Tuhan juga tertib dan selalu pada jalur integritas pribadi-Nya yang Agung. Seseorang harus memahami kebenaran secara memadai barulah bisa berdialog dengan Dia. Tuhan tidak akan berdialog dengan orang bebal (bodoh). Itulah sebabnya Paulus nasihati kita agar kita tidak bebal tetapi berusaha mengerti kehendak Tuhan (Ef. 5:15-17).

Kalau seseorang tidak dapat memahami kebenaran, maka ia akan menciptakan satu sosok atau figur allah dalam pikirannya. Sosok allah dalam pikirannya tersebut akan memiliki ciri-ciri karakter sesuai yang diciptakannya sendiri. Dan ia merasa selalu berdialog dengan Allah, pada hal yang terjadi sebenarnya ia berdialog dengan allah ciptaannya sendiri. Dengan cara inilah seseorang dapat menjadi sesat. Ia tidak tahu dan tidak akan pernah menemukan jalan bertemu dengan Tuhan. Hal ini bukan saja terjadi atas jemaat awam, tetapi dapat terjadi atas mereka yang mengaku hamba Allah dan yang mengaku dekat dan bergaul dengan Allah. Biasanya hal ini dipicu oleh karakter dosa dalam dirinya, yaitu adanya ambisi untuk menjadi orang yang terhormat dan tersanjung (melebihi pendeta lain) melalui kesaksiannya berdialog dengan “allah”. Hasrat menjadi besar di mata manusia dan hasrat meraih kekayaan akhirnya membuat mereka nekat menciptakan Sosok “yesus dan allah bapa” yang tidak diajarkan Akitab. Mereka juga tidak belajar theologia dengan benar dan memadai. Dari kesaksian mereka, bagaimana Tuhan memberi visi, berdialog dengan mereka menunjukkan bahwa itu bukan Tuhan yang diajarkan Alkitab. Tidak sedikit pendeta akhir jaman ini tersesat dan terjebak dalam kubangan tersebut.

Kelangsungan berdialog terus menerus secara permanen dengan Allah tergantung masing-masing individu, apakah bersedia membuka pikirannya terhadap kebenaran.

No comments:

Post a Comment