Dalam kitab Perjanjian Baru jarang sekali dicatat mengenai Tuhan Yesus
yang menangis. Tetapi ketika Ia melihat Kota Yerusalem, Ia menangis
(Luk. 19:41-42). Mengapa Ia menangisi Yerusalem? Sebab Ia melihat
bencana yang akan terjadi atas kota itu oleh karena sikap mereka yang
tidak mau mengerti kehendak Allah Bapa. Hal ini menunjukkan kecintaan
Tuhan yang sangat mendalam terhadap umat pilihan-Nya. Namun, betapa pun
besar kasih Tuhan kepada umat-Nya, Tuhan tidak bisa menghindarkan mereka
dari bencana, ketika mereka tidak mau bertobat dan mengerti
kehendak-Nya. Dalam hal ini bukan karena Tuhan tidak mampu menolong
menghindarkannya dari bencana, tetapi Ia tidak bisa melakukannya
berhubung hal itu melanggar prinsip keadilan di dalam diri-Nya. Tuhan
telah memberi pilihan bebas kepada masing-masing individu. Konsekuensi
dari kehendak untuk memilih ini tidak bisa dibatalkan oleh Tuhan.
Kemudian Tuhan menyampaikan suatu pernyataan: “Wahai, betapa baiknya
jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai
sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu”. Satu hal
yang ironi sekali, pernyataan Tuhan ini ditujukan kepada penduduk
Yerusalem yang menyambut kehadiran Tuhan dengan sangat meriah di kota
mereka (Mat. 21; Yoh. 12). Mereka rela menghamparkan pakaian mereka di
jalan dimana keledai yang ditunggangi oleh Tuhan Yesus lewat. Ini
menunjukkan penghormatan mereka yang sangat tinggi kepada Tuhan. Di mata
Tuhan justru hal itu sia-sia, sebab mereka tidak memahami maksud
kedatangan Tuhan Yesus ke dunia.
Hal ini sama artinya bahwa mereka tidak mengerti apa yang perlu untuk damai sejahtera mereka. Pengertian mereka telah menjadi gelap sehingga tidak menangkap maksud anugerah keselamatan yang Tuhan sediakan. Keadaan ini dinyatakan oleh Tuhan Yesus dengan pernyataan: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku (Mat. 15:8). Memang bangsa Israel sedang dalam tekanan yang hebat dari bangsa Roma, mereka membutuhkan pertolongan dari Tuhan untuk dapat membebaskan mereka dari kekuasaan bangsa lain. Mereka sibuk mengingini kemerdekaan secara duniawi. Hal ini telah membutakan mata pengertian mereka terhadap kemerdekaan lain yang Tuhan Yesus perjuangkan. Kemerdekaan yang lebih baik. Inilah yang perlu untuk damai sejahtera mereka. Rupanya tidak ada kesepakatan atau kesamaan pengertian antara orang-orang Israel dengan Tuhan Yesus. Tuhan sudah berkali-kali menjelaskan kepada mereka, tetapi mereka tidak mau mengerti. Akhirnya mereka harus kehilangan kesempatan yang sangat berharga yang tidak pernah mereka temukan kembali.
Damai sejahtera yang bagaimana yang kita harapkan dari Tuhan Yesus?
Hal ini sama artinya bahwa mereka tidak mengerti apa yang perlu untuk damai sejahtera mereka. Pengertian mereka telah menjadi gelap sehingga tidak menangkap maksud anugerah keselamatan yang Tuhan sediakan. Keadaan ini dinyatakan oleh Tuhan Yesus dengan pernyataan: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku (Mat. 15:8). Memang bangsa Israel sedang dalam tekanan yang hebat dari bangsa Roma, mereka membutuhkan pertolongan dari Tuhan untuk dapat membebaskan mereka dari kekuasaan bangsa lain. Mereka sibuk mengingini kemerdekaan secara duniawi. Hal ini telah membutakan mata pengertian mereka terhadap kemerdekaan lain yang Tuhan Yesus perjuangkan. Kemerdekaan yang lebih baik. Inilah yang perlu untuk damai sejahtera mereka. Rupanya tidak ada kesepakatan atau kesamaan pengertian antara orang-orang Israel dengan Tuhan Yesus. Tuhan sudah berkali-kali menjelaskan kepada mereka, tetapi mereka tidak mau mengerti. Akhirnya mereka harus kehilangan kesempatan yang sangat berharga yang tidak pernah mereka temukan kembali.
Damai sejahtera yang bagaimana yang kita harapkan dari Tuhan Yesus?
No comments:
Post a Comment