Wednesday 28 November 2012

Iman Yang Diekspresikan

Hendaknya kita tidak turut terjebak dengan ajaran banyak orang hari ini, seolah-olah dengan iman seseorang dapat mengatur Tuhan. Hal tersebut bertolak belakang dengan pengertian iman yang benar, iman adalah penurutan terhadap kehendak Allah. Seorang yang beriman pasti hidup dalam pengaturan Tuhan. Abraham disebut sebagai Bapa orang percaya sebab ia meresponi positif panggilan Allah dan mentaati-Nya (Kej. 12:1-3). Percayanya terhadap Allah yang tidak kelihatan itu diwujudkan secara kongkrit dengan meninggalkan Urkasdim, pergi ke negeri yang Allah akan tunjukkan. Pada waktu itu Abraham sendiri tidak tahu kemana perginya, namun ia tetap beriman. Inilah ketaatan tak bersyarat. Selanjutnya dalam perjalanan hidupnya Abraham selalu taat kepada kehendak Allah sampai kesediaannya mematuhi perintah yang paling tidak masuk akal, yaitu mempersembahkan Ishak sebagai korban bakaran. Selama ini telah terjadi kerancuan antara iman dan positive thinking (berpikir positif). Iman bukanlah positive thinking atau berpikir positif, tetapi iman pasti berpikir positif (menurut Tuhan). Ukuran positif atau kebaikkannya bukanlah didasarkan pada keinginan, apa yang dipandang sebagai kebutuhan, kesenangan dan cita-cita manusia, tetapi segala hal yang sesuai dengan kehendak Allah. Di luar kehendak Allah tidak ada sesuatu yang positif. Tuhan Yesus menyatakan bahwa tidak ada yang baik selain Allah saja (Mrk. 10:18). Di luar kehendak Allah berarti apa yang dipikirkan manusia, dan apa yang dipikirkan manusia berasal dari iblis (Mat. 16:23).

Banyak orang berpikir, apabila meyakini sesuatu terjadi, maka sesuatu tersebut pasti terjadi, itulah yang dipahami sebagai iman. Ini bukan iman, ini masih berkategori sebagai berpikir positif. Pola iman tersebut salah, yaitu meyakini bahwa apa yang diingini pasti terwujud adalah usaha untuk melakukan praktik eksploitasi terhadap Tuhan dan manipulasi kuasa-Nya. Ini adalah tindakan orang-orang oportunis (orang-orang yang mencari keuntungan sendiri). Di sini jelas dikesankan, bahwa Tuhan dapat diatur oleh pikiran positif dan keyakinan manusia. Oleh keyakinan seseorang maka pintu berkat sorga pasti bisa terbuka dan apapun yang diingini dapat terkabul. Di sini iman disejajarkan dengan kata sandi atau password yang ditemukan Alibaba (dalam dongeng untuk membuka gua tempat penyimpanan harta sekelompok perampok). Dengan “keyakinan atau iman” tersebut Tuhan sepertinya bisa disiasati sehingga Tuhan menjadi tidak berdaya untuk menolak keinginan dan permintaan manusia. Akhirnya Tuhan menuruti apa saja keinginan manusia. “Keyakinan atau iman” seperti ini adalah sebuah kesalahan yang sangat fatal.

Meyakini yang diingini pasti terwujud adalah eksploitasi terhadap Tuhan dan manipulasi kuasa-Nya, bukan iman.

No comments:

Post a Comment