Sunday 4 November 2012

Tidak Membedakan Sesama

Orang yang sederhana tidak akan membuat batasan-batasan yang memisahkan manusia berdasarkan derajat, tingkat sosial ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya. Ia akan menerima manusia lain secara utuh sebagai makhluk ciptaan Allah yang berharga. Ia akan bisa mengasihi mereka seperti yang diajarkan oleh Tuhan. Sebenarnya yang membuat kompleks hubungan antar manusia adalah manusia itu sendiri, yaitu ketika membuat kotak-kotak dan batas-batas berdasarkan berbagai kriteria. Sikap ini sebenarnya adalah sikap tidak menerima orang lain sebagai mana Tuhan menerima. Sebagai anak-anak Tuhan kita harus belajar bersikap seperti Bapa di Sorga yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus. Tuhan Yesus membuat definisi sesama manusia adalah mereka yang membutuhkan pertolongan kita. Sesama manusia bukan hanya mereka yang menguntungkan, bukan hanya mereka yang memiliki tingkat sosial ekonomi sama, derajat pendidikan yang setingkat, satu suku dan ras. Tetapi mereka yang membutuhkan pertolongan, siapapun mereka. Seperti perumpamaan yang dikemukakan oleh Tuhan Yesus mengenai orang Samaria yang murah hati (Luk. 10:29-37). Orang Samaria yang biasa direndahkan dan disikapi kurang pantas oleh orang Yahudi, memberikan pengorbanan bagi orang Yahudi yang sedang sekarat karena penganiayaan para perampok.

Sebenarnya sulit menjebol tembok pembatas yang sudah dibangun bertahun-tahun. Tetapi kalau mengingat bahwa kita orang berdosa yang seharusnya menjadi sampah abadi dan dibuang ke dalam api kekal, tetapi beroleh anugerah-Nya menjadi anak-anak Allah oleh belas kasihan dan kerendahan hati-Nya, maka kita harus berani menjebol tembok-tembok yang memisahkan kita dari sesama. Jadi, kalau seseorang belum menjebol tembok-temboknya ia belum mengenal kasih karunia Tuhan Yesus. Kesombongan menunjukkan kekerdilan dirinya. Ia merasa eksklusif terhormat serta bernilai karena kekayaan, pangkat, gelar dan berbagai atribut lahiriah yang dimilikinya. Pada hal betapa miskin keadaannya. Orang-orang seperti ini tidak mengenal dirinya dengan benar. Biasanya mereka memasang harga pada dirinya dan menuntut orang lain membayar sesuai dengan bandrol harga yang dipasangnya. Dengan cara demikian ia menuntut orang membayar semacam ”pajak” bagi dirinya. Inilah orang-orang yang mau menjadi Tuhan bagi dirinya dan bagi orang lain. Ini adalah spirit Lusifer yang jatuh. Kasihan, banyak orang terhormat karena jabatan, bergelar, kaya dari berbagai kalangan sosial terjerumus ke dalam kubangan ini. Akhirnya mereka akan pulang ke rumah kekal dalam kemiskinan bahkan menjadi sampah abadi

Kesederhanaan adalah ketika kita bisa menerima manusia lain secara utuh sebagai makhluk ciptaan Allah yang berharga.

No comments:

Post a Comment