Friday 16 November 2012

Manah

Jebakan yang paling ampuh untuk membinasakan banyak orang Kristen adalah selalu menunda apa yang seharusnya untuk dilakukan segera. Penundaan-penundaan tersebut telah membuat momentum-momentum yang berharga yang disediakan Tuhan guna pertumbuhan iman berlalu sia-sia. Padahal setiap momentum ada berkat khusus yang tidak bisa diberikan di waktu yang berbeda. Konyolnya banyak orang berpikir bahwa penundaan tidak memiliki akibat yang signifikan.

Mereka berpikir bahwa penundaan hanya memperlambat berkat yang Allah sediakan, padahal penundaan berarti menghilangkan berkat Tuhan yang seharusnya diterima pada saatnya. Pada suatu saat nanti banyak orang meratapi kesempatan-kesempatan berharga yang telah disia-siakan. Tetapi ratapannya tidak mengembalikan kesempatan-kesempatan tersebut. Sebelum hal itu terjadi, seharusnya seseorang bertobat sekarang ini untuk tidak menunda apa yang seharusnya

dilakukan pada waktunya. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kewaspadaan terhadap diri sendiri yang cenderung atau lebih suka menunda. Hal itu juga dikarenakan mereka terlena oleh segala kegiatan yang tidak mengarahkan orang percaya kepada Kerajaan Allah. Untuk mengatasi hal ini, kita harus menghitung waktu kita setiap hari (Mzm. 90:12). Kata menghitung dalam bahasa aslinya adalah “manah” (הַנָמ) yang juga berarti membagi sesuai dengan urutannya atau bisa berarti pula memisahkan sesuai dengan urutannya.

Menghitung waktu yang tersedia, mengalokasikan dan memprioritaskan waktu untuk mencari Tuhan secara khusus (membaca buku rohani, berdoa, ke pendalaman Alkitab atau Suara kebenaran dan lain sebagainya). Harus diusahakan untuk mengalokasikan waktu yang memadai untuk itu, bukan menyisakan tetapi menyisihkan. Bila hal ini tidak dilakukan segera atau selalu menundanya, maka ia tidak akan pernah melakukannya. Sering terjadi, orang-orang Kristen ini tidak bermaksud mengkhianati Tuhan, tidak bermaksud untuk tidak menyediakan diri mencari Tuhan, tetapi hanya menundanya. Harus diingat bahwa penundaan ini mengakibatkan seseorang kehilangan kesempatan berharga untuk menerima lawatan-Nya. Penundaan ini sama dengan menukar “hak kesulungan” dengan semangkuk makanan. Penundaan-penundaan tersebut sering melukai hati Tuhan, sebab meremehkan hal-hal rohani, juga bisa berarti meremehkan Tuhan sendiri. Akhirnya orang-orang seperti ini tidak lagi dapat menemukan saat mana Tuhan melawat mereka, sebab mereka tidak menjadi peka bilamana Allah melawat mereka. Kalau sudah demikian, iblislah yang akan selalu menggarapnya.

Dalam setiap momentum ada berkat khusus yang tidak bisa diberikan di waktu yang berbeda. Maka jangan menunda!

No comments:

Post a Comment