Saturday 3 November 2012

Perlakuan Terhadap Orang Bersalah

Kesederhanaan sikap hati akan terpancar pada perlakuan terhadap orang yang bersalah atau berdosa. Ia akan menyambut orang berdosa dengan sikap seakan-akan orang tersebut tidak bersalah. Hal ini bukan sebagai bentuk kompromi dan permisif terhadap kesalahan atau dosa, tetapi sikap turut sepenanggungan dalam kejatuhan atau kesalahan yang orang lain lakukan. Perlu dicatat di sini bahwa sesungguhnya tidak ada orang yang merancang dan bercita-cita menjadi rusak atau berdosa. Kuasa jahatlah yang menggiringnya masuk dalam jebakannya. Penolakan terhadap mereka seakan-akan mereka bukan manusia yang martabatnya tidak bisa diperbaiki lagi, ini akan mengakibatkan orang berdosa hilang untuk selamanya. Perhatikan bagaimana Tuhan Yesus menyambut perempuan yang kedapatan berjinah (Yoh. 8:2-11). Ia tidak menghukum, Ia memberi kesempatan perempuan itu untuk memperbaiki diri. Hal lain yang sangat menakjubkan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus adalah penerimaan-Nya terhadap Yudas si pencuri dan pengkhianat. Tuhan Yesus tahu bahwa Yudas sering melakukan pencurian uang kas yang dipercayakan kepadanya. Tetapi begitu panjang sabarnya Tuhan memberi kesempatan Yudas untuk bertobat dan memperbaiki diri. Sampai akhirnya Yudas menempatkan dirinya di tiang gantungan. Juga ketika Petrus sudah berkhianat, Tuhan tidak mempersoalkan pengkhianatan Petrus. Tetapi Ia masih berurusan dengan Petrus dan mempertanyakan apakah Petrus masih mengasihi-Nya (Yoh. 21).

Dalam hal ini kita menemukan, kesucian Tuhan Yesus dan moralitas-Nya yang tinggi tidak menyakitkan orang lain. Ia tidak memaksakan “baju” yang dikenakan di badan orang lain, walau tentu saja Ia berharap suatu hari nanti mereka akan dapat mengenakan “baju” yang juga dikenakan-Nya. Melatih hal ini bukan sesuatu yang mudah, tetapi sangat sukar. Mengapa? Sebab pada dasarnya naluri manusia berdosa adalah naluri menghakimi, menghukum dan membalas. Jarang manusia memiliki kesabaran menerima orang lain dalam kesalahan dan kekurangannya. Biasanya orang menghendaki kesalahan dan kekurangannya sendiri dimengerti dan diterima oleh orang lain, tetapi ia tidak mau mengerti dan menerima kesalahan dan kekurangan orang lain. Menerima orang lain dalam seluruh keberadaannya akan melukai diri sendiri. Kalau hal ini dilatih atau dibiasakan, maka Tuhan akan mengimpartasikan perasaan-Nya. Harus dimengerti bahwa memiliki sikap hati yang sederhana harus melalui proses dan pelatihan, bukan sesuatu yang bisa tumbuh sendiri secara otomatis. Kesediaan melatih diri berarti kesediaan untuk memasuki proses keselamatan; dan berusaha menjadi seperti Tuhan Yesus.

Kesederhanaan berarti memiliki kesabaran menerima orang lain dalam kesalahan dan kekurangannya.

No comments:

Post a Comment