Berkenaan dengan penggunaan lidah yang perlu ditegaskan dan dipersoalkan
bukan hanya sumbu tetapi minyak dan sumber apinya. Kalau hati diisi
dengan kebenaran Firman yang murni, maka lidah akan memainkan apa yang
ada di dalam hati tersebut. Oleh sebab itu hendaknya kita tidak berpikir
secara sempit, seakan-akan dengan lidah bisa dikendalikan atau diatur,
maka berarti itu suatu nilai yang tinggi. Yang diatur dan dikendalikan
sesungguhnya bukan lidah itu sendiri tetapi hati yang harus dikuduskan
oleh Firman Tuhan. Oleh sebab itu kecerobohan bukan terletak pada
mengatur lidah atau managemen lidah, tetapi managemen hatinya. Dalam
Yakobus 3:4 kemudi yang kecil bisa mengarahkan kapal yang besar. Betapa
hebat peran kemudi yang kecil tersebut. Kalau seorang pengajar
mengajarkan sesuatu yang tidak berasal dari Allah tetapi dari api
neraka, maka hal itu akan mengarahkan sejumlah besar orang ke arah yang
salah. Hal ini sejajar dengan api kecil bisa membakar sebuah hutan yang
luas (Yak. 3:5). Pengajaran yang salah yang diucapkan oleh lidah yang
kecil bisa merusak suatu wilayah yang luas. Dalam Yakobus 3:7-8,
tertulis: “Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta
binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan
dan telah dijinakkan oleh sifat manusia, tetapi tidak seorang pun yang
berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak
terkuasai, dan penuh racun yang mematikan”.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa tidak ada orang yang bisa menjinakkan lidah. Dalam hal ini membutuhkan intervensi Tuhan melalui kebenaran Firman yang menguduskan hati (Yoh. 17:17). Dengan demikian jelaslah bahwa kalau hanya bisa mengelola lidah secara umum, orang yang berbakat diplomatis bisa melakukannya. Dengan demikian jelaslah bahwa mengendalikan lidah ini berbicara mengenai membersihkan hati dan pikiran. Selanjutnya dalam Yakobus 3:12-18, Yakobus meneruskan pembahasan mengenai lidah dengan menghubungkan dengan sikap hati. Sikap hati disini menyangkut kebijaksanaan, kelemah lembutan, perasaan iri hati, mementingkan diri sendiri, kesombongan, dusta dengan melawan kebenaran. Semua itu berbicara mengenai kualitas inner man atau manusia batiniah. Ada hikmat dari atas tetapi juga yang datang dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan. Dalam hal ini jelaslah bahwa Tuhan menghendaki kita mengisi pikiran dengan kebenaran agar tidak memberi kesempatan iblis mengendalikan hidup ini terutama lidah kita. Pikiran adalah sumbernya. Kalau pikiran diisi dengan berbagai filosofi yang tidak berasal dari kebenaran Firman berarti lidah dikendalikan oleh api neraka.
Pikiran yang diisi oleh kebenaran yang murni akan dapat menguasai lidah.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa tidak ada orang yang bisa menjinakkan lidah. Dalam hal ini membutuhkan intervensi Tuhan melalui kebenaran Firman yang menguduskan hati (Yoh. 17:17). Dengan demikian jelaslah bahwa kalau hanya bisa mengelola lidah secara umum, orang yang berbakat diplomatis bisa melakukannya. Dengan demikian jelaslah bahwa mengendalikan lidah ini berbicara mengenai membersihkan hati dan pikiran. Selanjutnya dalam Yakobus 3:12-18, Yakobus meneruskan pembahasan mengenai lidah dengan menghubungkan dengan sikap hati. Sikap hati disini menyangkut kebijaksanaan, kelemah lembutan, perasaan iri hati, mementingkan diri sendiri, kesombongan, dusta dengan melawan kebenaran. Semua itu berbicara mengenai kualitas inner man atau manusia batiniah. Ada hikmat dari atas tetapi juga yang datang dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan. Dalam hal ini jelaslah bahwa Tuhan menghendaki kita mengisi pikiran dengan kebenaran agar tidak memberi kesempatan iblis mengendalikan hidup ini terutama lidah kita. Pikiran adalah sumbernya. Kalau pikiran diisi dengan berbagai filosofi yang tidak berasal dari kebenaran Firman berarti lidah dikendalikan oleh api neraka.
Pikiran yang diisi oleh kebenaran yang murni akan dapat menguasai lidah.
No comments:
Post a Comment