Ciri yang paling nyata dari orang yang memiliki sikap sederhana adalah
“tidak memiliki keinginan, kecuali terhadap Tuhan dan kerajaan-Nya”.
Orang-orang seperti ini bukan berarti tidak memiliki keinginan atau
kehendak sama sekali. Justru manusia diciptakan dengan keinginan atau
kehendak, dan Tuhan menghendaki agar manusia memainkan kehendak
tersebut. Manusia bukan robot yang tidak memiliki keinginan sendiri,
tetapi keinginan yang ada di dalam hatinya haruslah keinginan untuk
melakukan kehendak Bapa. Ia membuka hatinya hanya untuk menerima
perintah atau komando dari Bapa di Sorga. Ia tidak membuka akses dengan
pihak manapun kecuali pihak Tuhan. Hidupnya menjadi ringan, seperti
pemain tenis atau cabang olah raga lain yang bermain tanpa beban. Harus
dipahami bahwa yang membuat hidup kita menjadi rumit adalah ketika
bejana hati kita terbuka bagi segala hasrat yang masuk ke dalamnya. Ini
sama dengan membuat akses dengan berbagai pihak untuk menerima
tawarannya. Hidup dengan cara demikian akan membawa manusia kepada
keadaan “letih, lesu dan berbeban berat”. Kalau Tuhan menawarkan
kelegaan itu berarti perhentian (Yun. anapauso). Perhentian di sini
artinya perhentian dari pengembaraan jiwa yang mengingini banyak hal,
atau jiwa dilabuhkan pada Tuhan.
Dalam pernyataan-Nya Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia rendah hati dan lembah lembut (Mat. 11:28-29). Rendah hati dan lemah lembut adalah jiwa atau nafas dari spirit kesederhanaan. Tanpa kerendahan hati dan kelemah lembutan-Nya seseorang tidak akan memiliki kesederhanaan. Kalau kita meneropong kehidupan Tuhan Yesus. Ia adalah pribadi yang tidak memiliki keinginan kecuali “melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh. 4:34). Pola hidup seperti yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus adalah pola hidup sederhana yang tidak rumit, tetapi agung tiada taranya. Untuk mencapai taraf ini seseorang harus rela kehilangan “nyawa” yang sama dengan jiwa (psykhe). Jiwa disini adalah pikiran, perasaan dan kehendak. Orang percaya yang hendak mengenakan pola hidup Tuhan Yesus harus belajar untuk membunuh cita rasa duniawinya dan belajar mengobarkan kecintaan kepada Allah Bapa untuk melakukan kehendak-Nya. Proses belajar meletakkan kehendak seperti ini sangat berat. Hal ini sama dengan kehilangan nyawa atau usaha membunuh hasrat. Orang-orang seperti ini akan berusaha keras menuntut dirinya sendiri untuk hidup benar dan berusaha untuk melakukan kehendak Bapa lebih dari segala hal. Tentu saja orang seperti ini tidak akan melukai orang lain, sebaliknya akan menjadi berkat.
Yang membuat hidup kita menjadi rumit adalah ketika bejana hati kita terbuka bagi segala hasrat yang masuk ke dalamnya.
Dalam pernyataan-Nya Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia rendah hati dan lembah lembut (Mat. 11:28-29). Rendah hati dan lemah lembut adalah jiwa atau nafas dari spirit kesederhanaan. Tanpa kerendahan hati dan kelemah lembutan-Nya seseorang tidak akan memiliki kesederhanaan. Kalau kita meneropong kehidupan Tuhan Yesus. Ia adalah pribadi yang tidak memiliki keinginan kecuali “melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh. 4:34). Pola hidup seperti yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus adalah pola hidup sederhana yang tidak rumit, tetapi agung tiada taranya. Untuk mencapai taraf ini seseorang harus rela kehilangan “nyawa” yang sama dengan jiwa (psykhe). Jiwa disini adalah pikiran, perasaan dan kehendak. Orang percaya yang hendak mengenakan pola hidup Tuhan Yesus harus belajar untuk membunuh cita rasa duniawinya dan belajar mengobarkan kecintaan kepada Allah Bapa untuk melakukan kehendak-Nya. Proses belajar meletakkan kehendak seperti ini sangat berat. Hal ini sama dengan kehilangan nyawa atau usaha membunuh hasrat. Orang-orang seperti ini akan berusaha keras menuntut dirinya sendiri untuk hidup benar dan berusaha untuk melakukan kehendak Bapa lebih dari segala hal. Tentu saja orang seperti ini tidak akan melukai orang lain, sebaliknya akan menjadi berkat.
Yang membuat hidup kita menjadi rumit adalah ketika bejana hati kita terbuka bagi segala hasrat yang masuk ke dalamnya.
No comments:
Post a Comment