Monday 26 November 2012

Iman Dalam Doa

Jika melihat sekilas surat Yakobus mengenai doa, dikesankan bahwa doa itu mudah dikabulkan (Yak. 5:14-18). Jika kita memperhatikan dengan teliti, maka ada syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dikabulkannya suatu permintaan. Hal ini harus kita analisa dengan benar agar kita tidak sesat memahami hal pengabulan doa. Hal penting yang harus dimengerti dalam hal ini adalah “doa yang lahir dari iman”. Kita harus memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan iman. Iman atau percaya adalah kata yang sering terdengar dan dipercakapkan di kalangan orang beragama, bukan hanya orang yang beragama Kristen tetapi juga orang non Kristen. Iman adalah pokok pengajaran yang penting sebab bertalian dengan keselamatan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia iman berarti kepercayaan, biasanya ditujukan kepada Tuhan dan kitab suci. Iman juga berarti “ketetapan hati atau keteguhan batin”. Iman sering dipahami sebagai kata benda dari kata kerja percaya atau beriman. Bedanya antara beriman dan percaya adalah, percaya digunakan secara umum, tetapi beriman biasanya digunakan secara khusus untuk relasi antara Tuhan dengan umat. Jadi pada dasarnya iman sama artinya dengan kepercayaan. Percaya kepada Tuhan sama artinya dengan beriman kepada Tuhan.

Dalam bahasa Ibrani, kata iman adalah emunah. Kata kerjanya adalah aman. Kata “iman” dalam bahasa Yunani terjemahan dari “pistis” yang artinya “kepercayaan atau penyerahan kepada seseorang”. Kata kerja dari pistis adalah “pisteuo” yang mempunyai pengertian “percaya kepada, mempercayakan diri kepada”. Kata aman maupun pisteuo mengandung pengertian menyerah kepada sesuatu atau seseorang yang bersifat tetap atau teguh. Bila kita memeriksa Alkitab, dapat dijumpai banyak kata iman. Masing-masing memiliki pengertian yang berbeda dan dalam konteks yang berbeda. Dari teks-teks yang terdapat dalam Alkitab yang berbicara mengenai iman, dapat disimpulkan bahwa paling tidak terdapat tiga jenis iman. Dalam memahami kata iman dengan tepat menurut Alkitab, perlu diperhatikan bukan saja aspek kepercayaan secara pikiran atau persetujuan secara pikiran. Bukan saja berkenaan dengan keyakinan akali atau pengaminan akali, tetapi terutama berkenaan dengan hubungan antara umat dan Tuhan. Umat sebagai subyek yang percaya dan Allah sebagai obyek kepercayaannya. Jadi iman sangat bertalian dengan kualitas hubungan antara umat yang percaya dan Allah yang dipercayai. Kalau iman hanya dikaitkan dengan keyakinan akali atau persetujuan pikiran (sesuai dengan pengertian kata itu sendiri secara etimologis), maka belumlah dapat mencakup pengertian iman secara lengkap.

Orang beriman adalah orang yang yang menyerahkan diri kepada yang dipercayainya.
Sudahkah kita beriman secara benar kepada Yesus?

No comments:

Post a Comment