Saturday 3 November 2012

Menerima Sesama

Masalah penting yang harus kita gumuli adalah bagaimana bisa memiliki hati yang menerima orang bersalah? Pertama, pikiran kita harus dibuka untuk memahami nilai jiwa manusia (Mat. 16:26). Hal ini sangat ditentukan oleh pemahaman kita mengenai siapa manusia, apa rencana Allah atas manusia, bagaimana kehidupan di balik kematian, dan lain sebagainya menyangkut kehidupan manusia. Pemahaman ini harus dimiliki secara memadai dan menggores dalam jiwa. Hal ini akan menjadi dasar pelayanan yang murni. Menghargai nilai jiwa sehingga mengusahakan keselamatannya dengan menghargai orang lain hanya untuk menjadi anggota gereja nyaris tidak bisa dibedakan. Kalau menghargai orang lain hanya untuk menjadi anggota gereja, maka belumlah cukup membuat gairah yang benar untuk menyelamatkan. Kedua, harus menyadari bahwa kita belum seperti yang Tuhan kehendaki. Pada kenyataannya sebelum kita menjadi benar seperti sekarang, kita juga hidup dalam ketidak benaran. Hendaknya kita menghayati bagaimana kesabaran Tuhan menerima kita sebagaimana adanya kita, mengampuni dosa-dosa dan memimpin kita kepada kesempurnaan. Kalau Tuhan dalam kesabaran-Nya mau menerima kita dan terus mengasuh kita untuk mencapai kesempurnaan, maka kita pun juga harus belajar dengan kesabaran menerima keberadaan orang demi kesempurnaannya (Rm. 15:7).

Ketiga, kita tidak berhak menuntut orang lain menjadi seperti yang kita inginkan. Orang-orang egois adalah orang-orang yang merasa berhak menghakimi sesamanya. Tanpa sadar ia telah berusaha menduduki tempat yang seharusnya di duduki oleh Tuhan. Cara menghakimi orang lain adalah mempercakapkan kesalahan orang lain kepada sesamanya. Sehingga orang lain mencemooh dan menghindarinya. Inilah bentuk hukuman. Banyak orang tidak rela bila tidak menceritakan keburukan orang lain kepada sesamanya, apalagi kalau keburukan tersebut merugikan dirinya. Ini salah satu cara memuaskan diri sendiri sebagai balas dendam terhadap orang yang telah merugikan dirinya. Ke empat, hidup dalam persekutuan dengan Tuhan, dalam doa dan meditasi sehingga kita menerima impartasi perasaan Tuhan. Selanjutnya harus hidup dalam penghayatan bahwa kita selalau berserta-Nya. Dengan siapa seseorang bergaul ia akan menerima impartasi spiritnya. Kita tidak akan memperoleh impartasi spirit atau gairah dari Tuhan kalau kita tidak bergaul dengan Dia secara memadai (1 Kor. 6:17). Pemahaman yang benar mengenai Dia atau kebenaran serta pengalaman hidup setiap hari akan membangkitkan pikiran dan perasaan Kristus tumbuh dalam diri kita.

Hayati bagaimana kesabaran Tuhan menerima kita sebagaimana adanya kita, mengampuni dosa-dosa dan memimpin kita kepada kesempurnaan.

No comments:

Post a Comment