Thursday 15 November 2012

Memiliki Proyeksi Yang Benar

Iblis akan berusaha agar manusia menjadi terlena oleh berbagai kesibukan, kesenangan dan cita-cita. Tujuannya agar manusia tidak memikirkan dengan serius keadaan kekalnya di balik kuburnya nanti. Kalau irama terlena ini tidak segera diubah, maka ia tidak pernah serius “mengumpulkan harta di Sorga”. Dimensi hidup yang dimiliki adalah dimensi hidup sekarang di bumi ini, dimensi hidup hewan yang tidak mengenal kekekalan. Dimensi hidup ini adalah dimensi hidup kefanaan yang telah mengalir dan menetap kuat di dalam setiap jiwa manusia. Mereka memikirkan hal-hal yang dibawah bukan yang di atas (Kol. 3:1-4; Yoh. 3:31). Dengan cara ini, si jahat menggiring banyak manusia ke dalam kegelapan. Harus ada suara keras dan tegas untuk memperingatkan manusia terhadap keadaan krisis ini. Penyesatan yang hebat dewasa ini adalah banyak orang Kristen yang ke gereja bahkan melakukan kesibukan pelayanan gerejani, tetapi masih hidup dalam dimensi hidup kefanaan. Proyeksi mereka masih pada kesenangan dunia hari ini dan di bumi ini, waktu hidupnya dihabiskan untuk berbagai kesibukan yang sia-sia. Tetapi mereka merasa bahwa mereka hidup dalam kewajaran. Memang hidup mereka wajar dalam kacamata manusia yang tidak mengenal anugerah, tetapi bagi manusia yang mengenal anugerah, berarti menyia-nyiakan keselamatan yang disediakan Tuhan.

Orang-orang seperti ini tidak memiliki kemajuan yang berarti dalam pertumbuhan imannya. Mereka tidak pernah menggeserkan hatinya dalam Kerajaan Sorga. Mereka tidak memperhatikan perkataan Tuhan, dimana ada hartamu di situ hatimu berada (Mat. 6:21). Sejatinya mereka tidak masuk dalam proses keselamatan. Mereka beranggapan kalau sudah masuk dalam kegiatan pelayanan, berbicara hal-hal rohani, menjadi aktivis gereja atau pejabat sinode seperti pendeta, berarti sudah memikirkan perkara-perkara yang di atas. Sayang sekali, mereka orang-orang baik yang tidak pernah menjadi anak-anak Allah, karena standar hidup sebagai anak-anak Allah yang mereka pahami sangat rendah. Mereka tidak memahami bahwa menjadi anak-anak Allah harus berpikir seperti Tuhan Yesus berpikir, tidak cukup hanya membantu Tuhan Yesus dalam pelayanan atau menjadi orang bermoral yang tidak melanggar hukum. Oleh sebab itu mereka tidak berupaya dengan keras mengenal Allah, sebab mereka sudah merasa cukup mengenal Allah. Mereka merasa bahwa pemahaman mereka mengenal Allah sudah cukup, dan bisa membawa mereka kepada kehidupan yang berkenan kepada Allah. Padahal keberkenanan di hadapan Allah adalah kehidupan dengan standar Tuhan Yesus sendiri.  Suatu level yang harus diperjuangkan dengan hebat.

Proyeksikan hidup kita pada hal-hal yang membawa kita pada kebenaran

No comments:

Post a Comment