Wednesday 14 November 2012

Nilai Waktu

Berapa nilai waktu seseorang tergantung dari apa yang dilakukan dengan atau di dalam waktu tersebut. Satu menit waktu kita sebenarnya nilainya tidak terhingga, sebab waktu itu berjalan dan tidak penah bisa kembali. Kalau isi kegiatan di dalam waktu tersebut untuk sesuatu yang bernilai kekal dari Allah, maka waktu menjadi berharga, tetapi kalau diisi kegiatan yang tidak menghasilkan kekayaan kekal, maka waktu menjadi tidak berharga sama sekali. Jadi, berapa nilai waktu seseorang tergantung dari masing-masing individu. Mengapa Tuhan mengatakan agar kita menggunakan waktu yang ada? Sebab hari-hari ini adalah jahat (Ef. 5:16). Kata waktu di sini adalah “kairos” (καιρός). Kata ini juga dapat diterjemahkan sebagai opportunity yang menunjuk pada suatu momentum atau suatu kesempatan. Mahalnya waktu hidup kita adalah adanya kesempatan yang Allah sediakan bagi kita untuk melakukan suatu tindakan guna mengenal Allah Bapa dan kehendak-Nya. Setiap kesempatan memiliki nilai sendiri yang tidak bisa terulang. Pada kenyataannya banyak hal yang dianggap lebih berharga sehingga mengorbankan kesempatan untuk menemukan Tuhan. Seperti misalnya, duduk-duduk di depan layar kaca berjam-jam, jalan ke mall tanpa tujuan, ngobrol dengan teman yang tidak memberi pengaruh yang baik di cafe dan lain sebagainya. Betapa berartinya kalau waktu itu digunakan untuk mendengar Firman Tuhan, membaca buku atau majalah rohani yang baik, berdoa, bersekutu dengan orang-orang yang takut akan Allah akan memberi pengaruh rohani yang baik, datang ke pendalaman Alkitab dan lain sebagainya.

Ingatkah saudara, (khusus bagi yang pernah belajar rajin), betapa mahal waktu yang tersedia untuk belajar guna mencapai suatu nilai yang baik di sekolah. Anak-anak lain bisa bermain-main dengan cerianya, tetapi ada anak-anak yang masuk kamarnya untuk menekuni pelajaran-pelajaran sekolah. Ketika hari kenaikan sekolah, nampaklah wajah ceria anak yang mendapat predikat yang baik dalam prestasi belajarnya, sedangkan yang tidak belajar, menangis tersedu-sedu karena tidak naik kelas. Ini sama dengan yang digambarkan Tuhan Yesus di Lukas 16:19-31, seorang kaya yang setiap hari hidup dalam kemewahaan, pesta pora dan orang yang sibuk dengan berbagai urusan tetapi tidak kaya di hadapan Tuhan (Luk. 12:16-21). Pada akhirnya mereka terbuang ke dalam kesengsaraan yang hanya dapat digambarkan sebagai ratap tangis dan kertak gigi. Penyesalan seperti ini sudah tidak ada artinya, sebab tidak dapat mengubah keadaan. Kalau penyesalan dialami ketika seseorang masih hidup, maka pasti ada langkah-langkah untuk memperbaiki diri.

Berapa nilai waktu seseorang tergantung dari apa yang dilakukan dengan atau di dalam waktu tersebut.

No comments:

Post a Comment