Tuesday 6 November 2012

Membunuh Nafsu Keinginan

Bagaimana kita dapat membunuh hasrat atau keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah? Ada beberapa langkah untuk dapat masuk wilayah tersebut. Harus disadari bahwa segala keinginan manusia akan berakhir sia-sia. Apapun yang diingini suatu hari akan berakhir dan lenyap tiada bekas, karena kebinasaan. Sebab keinginan manusia pada umumnya pasti menggeser keinginan untuk melakukan kehendak Tuhan. Hal ini membuat manusia menjadi tuhan bagi diri sendiri, bila kuat juga menjadi tuhan bagi sesamanya. Mereka tidak menyadari hal ini, sebab mereka berpikir bahwa memiliki keinginan adalah suatu kewajaran hidup. Bagi umat Perjanjian Lama, mereka dihalalkan memiliki keinginan dari diri sendiri dan memohon Tuhan meridhoinya, tetapi bagi umat Perjanjian Baru sangatlah berbeda. Sebab bagi umat Perjanjian Baru, mereka dipanggil untuk memuliakan Tuhan dalam dan melalui segala hal (1 Kor. 10:31). Ini berarti hidup untuk kepentingan Tuhan sepenuhnya. Hidup untuk kepentingan Tuhan berarti memiliki kepekaan untuk mengerti segala sesuatu yang Tuhan inginkan dalam hidupnya untuk dilakukan. Hal ini tidak hanya ditandai dengan jenis kegiatan yang dilakukan. Oleh sebab itu jangan berpikir kalau seseorang melakukan kegiatan gereja berarti hidup untuk kepentingan-Nya. Dalam hal ini terjadi banyak penipuan.

Orang tertipu oleh dirinya dan menipu orang lain. Hidup untuk kepentingan Tuhan berangkat dari kepekaan seseorang memahami kehendak Tuhan dalam hidupnya secara pribadi. Sungguh, suatu hal yang sulit dideteksi, apakah seseorang melakukan sesuatu hal bagi Tuhan atau bagi dirinya sendiri. Hanya orang yang dengan murni dan jujur membunuh hasrat atau keinginannya sendiri yang dapat melayani Tuhan dengan benar. Membunuh keinginan sendiri berarti tidak mengarahkan segala sesuatu yang dilakukan bagi dirinya sendiri. Baginya, segala kepentingan adalah kepentingan Tuhan, yang penting perasaan Tuhan dipuaskan. Inilah orang-orang yang sudah mendapat perhentian atau kelegaan (anapauso; ἀναπαύσω) yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus bagi orang yang datang kepada-Nya (Mat. 11:28-29). Sebenarnya inilah yang dicari dan dirindukan oleh umat suatu agama besar, bahwa mereka merindukan suatu level keheningan dimana semua keinginan melebur masuk dalam ketiadaan. Hanya bedanya dengan kita adalah, kita meleburkan semua keinginan kepada satu kehendak yaitu kehendak Allah. Keheningan yang kita miliki bukanlah keheningan di dalam rumah biara atau gua sepi di tengah hutan, tetapi di tengah-tengah hiruk-pikuk manusia. Dan kesederhaan kita bukanlah ditandai pada keadaan secara jasmani, tetapi di dalam batin.

Hanya orang yang dengan murni dan jujur membunuh hasrat atau keinginannya sendiri yang dapat melayani Tuhan dengan benar.

No comments:

Post a Comment