Thursday 22 November 2012

Landasan Naluri Kemusafiran

Naluri kemusafiran bukan hanya didasarkan pada kenyataan bahwa kita memiliki waktu yang terbatas dalam dunia ini dan dunia ini bukan tempat permanen, tetapi juga penghayatan bahwa tubuh yang kita pakai ini adalah tubuh sementara. Tubuh ini bukanlah pakaian atau kemah permanen (2 Kor. 5:1). Jarang sekali orang menghayati kenyataan ini. Pada umumnya orang berpikir bahwa tubuh yang dikenakan hari ini adalah milik permanennya. Hal ini akan mengakibatkan keadaan dimana seseorang tidak waspada bahwa tubuh ini bila tidak dikendalikan atau tepatnya ditundukkan bisa menjadi jahat sehingga membinasakan jiwa ke api kekal (Gal. 6:7-8). Rasul Paulus menunjukkan bahwa di dalam tubuh kita ini ada hasrat yang bertentangan dengan kehendak Allah (Rm. 7:21-23; Gal. 5:17-23). Jadi, kita seperti terpenjara di dalam tubuh yang memiliki hasrat yang bertentangan dengan kehendak Allah. Ini juga sering disebut sebagai sinful nature atau kodrat dosa. Oleh karena daging dan jiwa merupakan komponen dalam diri manusia yang tidak terpisahkan, maka kodrat dosa dalam daging juga mempengaruhi jiwa, jika tidak diantisipasi dengan sungguh-sungguh, maka daging bisa menggiring jiwa manusia menjadi rusak. Pergumulan menundukkan daging ini merupakan pergumulan yang panjang, tetapi kalau dilakukan dengan sungguh-sungguh maka kita dapat hidup menurut roh bukan menurut daging (Gal. 5:18,25).

Salah satu langkah penting yang harus kita lakukan adalah “tidak memanjakan daging”. Memanjakan keinginan daging tidak akan bisa dihentikan, karena daging tidak pernah berkata “cukup”. Daging selalu menuntut untuk dipuaskan sampai seseorang tidak pernah memiliki keinginan untuk melakukan kehendak Allah. Diperlukan usaha keras agar kita bisa keluar dari penjara daging ini dan mengendalikanya untuk menyukakan hati Allah. Ini adalah panggilan bagi setiap orang percaya yang harus ditunaikan guna membuktikan bahwa kita percaya kepada Tuhan Yesus. Orang yang mengaku percaya tetapi tidak menaklukkan dagingnya berarti ia menolak menjadi milik Kristus, berarti ia bukan orang percaya (Gal. 5:24-25). Latihan menundukkan daging ini juga dilakukan oleh beberapa aliran agama. Mereka pun juga bisa mencapai level-level yang mengagumkan. Bagaimana dengan orang percaya? Seharusnya level yang dicapai adalah tubuh menjadi bait Roh Kudus. Menjadi bait Roh Kudus bukan berarti Roh Kudus diam statis dalam diri orang percaya, tetapi segala sesuatu yang dilakukan oleh tubuh ini sesuai dengan keinginan Allah Bapa. Dalam hal ini barulah bisa dikatakan telah memuliakan Allah dengan tubuhnya (1 Kor. 6:19-20).

Orang yang mengaku percaya tetapi tidak menaklukkan dagingnya berarti ia menolak menjadi milik Kristus, berarti ia bukan orang percaya.

No comments:

Post a Comment