Thursday 30 August 2012

Orang Saleh Diluar Umat Pilihan

Adalah tidak jujur kalau kita tidak mengakui bahwa dalam kehidupan orang non Kristen tidak ada “orang-orang saleh” yang memiliki kualitas yang luar biasa dibanding dengan manusia kebanyakan. Tentu pengertian saleh di sini tidak boleh diukur dengan kesalehan standar sempurna bagi umat Perjanjian Baru. Bila kita mengamati kesalehan Ayub, maka kita menemukan kesalehan orang non Yahudi dan juga non Kristen yang luar biasa. Menurut analisa para pakar Perjanjian Lama, Ayub hidup pada jaman sebelum Abraham, ia bukan termasuk orang Yahudi umat pilihan Allah. Tentu masih banyak lagi orang-orang yang memiliki kesalehan seperti mereka. Demikian juga Yitro, mertua Musa. Ia orang Midian yang mengenal Allah Israel. Ia memuji Tuhan dan mempersembahkan korban bagi Allah Israel (Kel. 18:9-10;12).

Ditemukan situs kuno bahwa pada jaman kaisar pertama Cina, orang-orang Cina menyembah Shang Ti dan membuat korban bakaran. Mengapa ada orang non Yahudi dan bukan orang Kristen bisa mengenal Allah, bahkan disebut imam? Sebab Tuhan yang menulis torat-Nya di hati mereka (Rm. 2:12-15). Mereka menjadi orang-orang yang berprestasi moral yang baik menurut kitab yang mereka miliki, yang akan menjadi tolok ukur penghakiman bagi mereka (Why. 20:12). Penghakiman di Matius 25:31-46, diselenggarakan tidak berdasarkan iman, tetapi berdasarkan perbuatan. Tentu ini berlaku bagi mereka yang tidak pernah mendengar Injil. Dalam hal ini, ditemukan orang-orang yang memiliki kasih kepada sesama dalam standar masing-masing, sesuai dengan hukum yang tertulis dalam “kitab-kitab itu” (Why. 20:12).

Suatu hari nanti ada banyak orang yang tidak pernah menjadi bangsa Israel dan bukan orang Kristen dan tidak pernah di “cap” sebagai orang saleh menurut kacamata orang Yahudi dan orang Kristen, tetapi memasuki kehidupan yang akan datang. Merekalah orang-orang yang melalui penghakiman akan diperkenan masuk sebagai masyarakat dalam dunia yang akan datang di langit baru dan bumi yang baru. Tidak mungkin Tuhan menulis torat-Nya di dalam hati manusia hanya sekedar untuk pajangan dan tidak berdampak bagi manusia. Siapa berani menyatakan bahwa Ayub masuk neraka? Penghakiman yang dialami orang-orang yang dihakimi tentu memberi peluang seseorang diperkenan Tuhan atau tidak (Rm. 2:6-11). Kalau penghakiman hanya untuk menunjukkan kesalahan atau untuk menjatuhkan hukuman, maka tidak perlu ada penghakiman. Namun perlu dicatat di sini bahwa penghakiman ini bisa berlangsung kalau ada penumpahan darah Yesus (Kis. 4:12). Kalau tidak ada salib, maka semua orang secara otomatis binasa.

Tidak mungkin Allah memberikan Firman-Nya jika bukan untuk kebaikan umat-Nya.

No comments:

Post a Comment