Ada pernyataan Tuhan yang akan disoroti secara khusus, sebab perkataan
itu sangat penting. Pada hari penghakiman nanti, Tuhan akan berbicara
kepada orang-orang yang merasa sudah memiliki hubungan yang baik dengan
Tuhan Yesus. “Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka
dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu
sekalian pembuat kejahatan!”(Mat. 7:23). Pernyataan yang dimaksudkan di
atas adalah “pada hari itulah Aku akan berterus terang”. Perlu kita
persoalkan, mengapa Tuhan baru berterus terang nanti, pada waktu mana
tidak ada kesempatan lagi untuk memperbaiki diri. Betapa membahayakan
dan mengerikan keadaan ini! Bila keadaan seorang Kristen tidak berkenan
kepada-Nya, mengapa Tuhan tidak berterus terang sekarang ini, pada waktu
mana masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri? Apakah Tuhan sekarang
ini sengaja berdiam diri dan membiarkan orang Kristen dalam keadaan
yang membahayakan? Jawaban terhadap pertanyaan ini tidak mudah.
Tetapi Alkitab bisa menjawab. Sama seperti kisah mengenai orang kaya dan Lazarus (Luk. 16:19-30). Orang kaya tersebut tidak menduga bahwa pada akhirnya ia ada di tempat yang sangat mengerikan. Apakah Tuhan tidak mengingatkan sebelumnya? Tentu sudah! Abraham mengatakan kepada orang kaya itu, bahwa di dunia sudah ada tuntunan Firman Tuhan yang bisa menghindarkan orang kaya dari penderitaan abadi (Luk. 16:29-31). Jelas sekali orang kaya ini tahu bahwa ada tuntunan agar ia melakukan kebajikan, Tetapi ia tidak melakukannya. Ia juga tidak memberi kesempatan dirinya diselamatkan oleh kehadiran Lazarus di rumahnya. Lazarus dihadirkan dalam hidupnya agar ia bisa berbuat baik, dan kebaikannya bisa menyelamatkannya (Mat. 25:41-43). Sekarang ia tidak lagi memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri. Ia telah menyia-nyiakan kesempatan yang sangat mahal. Orang kaya ini tidak bertumbuh dalam kebenaran sehingga ia tidak sanggup merasakan penderitaan orang lain. Ia lebih membiasakan diri untuk memuaskan diri sendiri secara salah. Ia selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan (Luk. 16:19). Fragmen mengenai orang kaya dan Lazarus, analog dengan kisah penolakan Tuhan terhadap orang-orang yang merasa dirinya tidak dalam kondisi berbahaya. Mereka menikmati pelayanan dan berbagai karunia Roh, tetapi ironisnya mereka tidak dapat dinikmati oleh Tuhan. Hal ini bisa terjadi atas hidup setiap orang Kristen sebagai nak-anak Tuhan dan para aktifis gereja bahkan para pendeta. Untuk itu betapa kita harus waspada.
Selalu mengoreksi sikap hati kita, merupakan sikap waspada agar terhindar dari penolakan Tuhan.
Tetapi Alkitab bisa menjawab. Sama seperti kisah mengenai orang kaya dan Lazarus (Luk. 16:19-30). Orang kaya tersebut tidak menduga bahwa pada akhirnya ia ada di tempat yang sangat mengerikan. Apakah Tuhan tidak mengingatkan sebelumnya? Tentu sudah! Abraham mengatakan kepada orang kaya itu, bahwa di dunia sudah ada tuntunan Firman Tuhan yang bisa menghindarkan orang kaya dari penderitaan abadi (Luk. 16:29-31). Jelas sekali orang kaya ini tahu bahwa ada tuntunan agar ia melakukan kebajikan, Tetapi ia tidak melakukannya. Ia juga tidak memberi kesempatan dirinya diselamatkan oleh kehadiran Lazarus di rumahnya. Lazarus dihadirkan dalam hidupnya agar ia bisa berbuat baik, dan kebaikannya bisa menyelamatkannya (Mat. 25:41-43). Sekarang ia tidak lagi memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri. Ia telah menyia-nyiakan kesempatan yang sangat mahal. Orang kaya ini tidak bertumbuh dalam kebenaran sehingga ia tidak sanggup merasakan penderitaan orang lain. Ia lebih membiasakan diri untuk memuaskan diri sendiri secara salah. Ia selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan (Luk. 16:19). Fragmen mengenai orang kaya dan Lazarus, analog dengan kisah penolakan Tuhan terhadap orang-orang yang merasa dirinya tidak dalam kondisi berbahaya. Mereka menikmati pelayanan dan berbagai karunia Roh, tetapi ironisnya mereka tidak dapat dinikmati oleh Tuhan. Hal ini bisa terjadi atas hidup setiap orang Kristen sebagai nak-anak Tuhan dan para aktifis gereja bahkan para pendeta. Untuk itu betapa kita harus waspada.
Selalu mengoreksi sikap hati kita, merupakan sikap waspada agar terhindar dari penolakan Tuhan.
No comments:
Post a Comment