Sunday 5 August 2012

Katharoi

Untuk memasuki kehidupan yang istimewa, yaitu berdialog dengan Tuhan, perlu memiliki landasan yaitu harus hidup suci, sebab tanpa kesucian tidak seorangpun akan melihat Allah. Kata “suci” dalam Matius 5:8 dari terjemahan kata Yunani katharoi (Ing. clean). Kata “katharoi” lebih menunjuk keadaan hati yang tidak tercemari oleh pengaruh dunia sekitar. Hati yang terpelihara dari segala perasaan negatif seperti dendam, kepahitan, cemburu, iri, tidak mengampuni, mengingini hal-hal yang bukan bagiannya dan lain sebagainya. Kata “melihat” dalam Matius 5:8, teks asli Alkitab Perjanjian Baru bahasa Yunani adalah opsontai, kata dasarnya adalah horao (ὁράω). Melihat di sini lebih ditekankan melihat dengan pikiran atau pengertian (mind). Bukan melihat dengan mata fisik atau mata jasmani. Ini berarti seorang yang suci hatinya adalah seorang yang mampu mengerti kehendak Tuhan. Mengerti kehendak Tuhan di sini tidak sama dengan ilmu tentang Tuhan yang di­pelajari di sekolah-sekolah Theologia. Mengerti kehendak Tuhan menunjuk kepada kepekaan seseorang menangkap apa yang Tuhan kehendaki dalam hidupnya pribadi dan rencana-rencana-Nya bagi dunia sekitar.

Jadi kata melihat di sini lebih berarti sebagai melihat dengan hati. Orang-orang seperti ini adalah pribadi-pribadi yang tergolong sebagai sensitif terhadap pikiran dan perasaan Allah. Inilah kemampuan untuk mendengar suara Roh. Dalam pelayanan pemberitaan Firman, pemberitanya haruslah seorang yang telah memiliki kemampuan untuk mendengar suara Roh. Bila tidak jemaat hanya menjadi korban pikiran manusia atau pikiran mendadak yang muncul di benak pelayan Firman tatkala berbicara di mimbar yang diakui sebagai Sabda Allah. Kesucian hati seperti yang dimaksud Tuhan dalam Matius 5:8 merupakan panggilan yang mutlak harus dialami oleh setiap warga Kerajaan Sorga. Orang percaya sebagai warga Kerajaan Sorga diperkenan untuk mengenal Allah secara dekat dan intim. Orang percaya bukanlah pribadi yang terpisah dari Allah sehingga tidak mengenali-Nya. Anugerah Allah dalam Yesus Kristus memberi peluang orang percaya untuk hidup dalam persekutuan dengan Tuhan dan mengenal dekat pribadi Allah. Allah adalah Bapa yang berkenan dekat dengan anak-anak-Nya. Kehendak dan rencana-rencana-Nya rela dikenali oleh anak-anak-Nya. Jadi bila seseorang tidak mampu mengerti ke­hendak Allah dan rencana-rencana-Nya bukan karena Allah “pelit” menunjukkan kehendak dan rencana-rencana-Nya, tetapi oleh karena umat itu sendiri yang tidak mampu menangkap kehendak dan rencana-rencana-Nya.

Kepekaan hati untuk merespon firman Tuhan, merupakan tindakan mendengar suaraNya.

No comments:

Post a Comment