Sunday 5 August 2012

Merasa Mampu

Untuk memasuki kehidupan yang istimewa, yaitu berdialog dengan Tuhan, perlu memiliki landasan, yaitu aktif mencari kehendak Allah. Ini adalah orang-orang yang haus akan kebenaran. Sudah biasa orang berkata, “bimbinglah kami ya Tuhan”. Kenyataannya banyak orang tidak hidup dalam bimbingan Tuhan, sekalipun mulut mereka berkata,“bimbinglah kami”. Tuhan berusaha untuk membimbing umat-Nya (Mzm. 23:2-3), tetapi umat-Nya lah yang menolak bimbingan-Nya. Sering doa memohon bimbingan Tuhan hanya merupakan kalimat penghias doa saja, tetapi kenyataannya orang tersebut tidak sungguh-sungguh mohon bimbingan Tuhan. Padahal Allah begitu bergairah membimbing umat-Nya. Umat-Nyalah yang sering kurang bergairah. Gembala yang Agung itu selalu membimbing umat-Nya, tetapi domba-Nya yang sering memilih jalannya sendiri-sendiri. Penolakan terhadap bimbingan Tuhan nampak pada waktu seseorang tidak melibatkan Tuhan dalam perencanaan dan pilihannya, sebagai akibatnya menemui berbagai kegagalan dan kerugian bahkan bisa menyeretnya ke dalam kebinasaan.

Dalam Yakobus 4:13-17, dengan jelas Tuhan mengajarkan agar umat tidak boleh melupakan Tuhan dalam perencanaan. Allah harus dilibatkan, maksudnya adalah selalu mempertanyakan apakah sesuatu yang dilakukan sesuai dengan rencana-Nya. Tentu tidak ada yang mau menghadapi bencana seperti yang dialami oleh Naomi (Rut 1). Abraham juga pernah mengalami kepahitan, tatkala ia berjalan tanpa petunjuk Tuhan (Kejadian 16). Ia mengambil Hagar menjadi istri tanpa minta persetujuan Tuhan, sebagai akibatnya penderitaan panjang yang harus dialami anak cucunya, bahkan ia sendiri. Kita harus memiliki keberanian, kesabaran dan keyakinan teguh untuk mohon petunjuk-Nya dalam mengambil tindakan. Daud di Ziklag ketika terdesak oleh keadaan yang sulit ia berdoa mohon petunjuk Tuhan (1 Sam. 30:1-8). Dalam hal ini dibutuhkan kerendahan hati (Maz. 25:9). Kerendahan hati berpangkal pada kesadaran bahwa kita membutuhkan Tuhan. Kita tidak dapat jalan sendiri. Pengandalan kekuatan manusia adalah kutuk (Yer. 17:5). Kesombongan berpangkal pada “rasa mampu hidup tanpa Tuhan”. Kesombongan seseorang akan menutup mata hatinya menerima bimbingan Tuhan. Kerendahan hati nampak dalam kesediaan untuk memiliki hati seperti anak-anak; selalu merasa membutuhkan topangan Tuhan (Mat. 18:3). Allah menentang orang congkak, tetapi mengaruniakan anugerah kepada orang yang rendah hati (1 Ptr. 5:5). Anugerah di sini bisa berarti bimbingan Tuhan yang membawa kepada kehendak dan rencana-Nya.

Kerendahan hati, pasti akan mendatangkan kebaikan Tuhan dalam hidup kita.

No comments:

Post a Comment