Sunday 8 July 2012

Tidak Berterus Terang

Satu hal yang sangat mengerikan bagi kita adalah “Tuhan tidak berterus terang” atau Tuhan diam seribu bahasa. Dalam Firman Tuhan dikatakan: ”Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” Kejahatan yang dimaksudkan di sini bukan sekedar perbuatan yang melanggar moral menurut pandangan manusia pada umumnya, tetapi “tidak melakukan kehendak Bapa” (Mat. 7:21-23). Harus kita perhatikan bahwa mereka yang dienyahkan adalah mereka yang tidak melakukan kehendak Allah Bapa. Apakah yang dimaksud dengan melakukan kehendak Bapa itu? Melakukan kehendak Allah Bapa artinya segala sesuatu yang kita lakukan memuaskan atau menyenangkan hati Bapa, sesuai dengan selera dan rencana-Nya.

Sejatinya pakaian kebesaran keluarga Allah adalah melakukan kehendak Bapa. Ini berarti bahwa orang percaya bukan hanya terpanggil sekedar menjadi orang baik. Kalau ukuran tidak berbuat jahat adalah berbuat baik, maka dengan mudah kita dapat mengukur apakah kita sudah berkenan kepada Allah Bapa atau belum. Tetapi berbuat jahat di sini artinya tidak melakukan kehendak Bapa. Ini berarti ukuran berbuat baik berangkat dari “penilaian Allah Bapa sendiri”. Kalau hari ini Tuhan tidak atau belum berterus terang, maka kita sendiri yang harus aktif serius memperkarakannya, atau mempersoalkan bagaimana keadaan kita sebenarnya di hadapan Tuhan. Kalau tidak, maka kita ada dalam bahaya yang sangat besar.

Kita harus serius meminta kepada Allah Bapa untuk menyelidiki hati kita. Kalau ternyata kita dipandang belum mengenakan kebesaran seorang anggota keluarga Allah, yaitu belum melakukan kehendak Bapa, kita harus serius mempersoalkannya. Dalam hal ini, yang dibutuhkan adalah kepekaan nurani kita terhadap pikiran dan perasaan Allah. Ini adalah sesuatu yang sangat sulit. Sangat sulit bukan berarti tidak bisa diraih. Pembaharuan pikiran akan membuat kita mengerti kehendak Allah Bapa, apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna. Ini sama artinya dengan memiliki kepekaan untuk mengerti pikiran dan perasaan Allah. Pembaharuan pikiran ini harus berlangsung terus menerus tiada henti sampai kita menutup mata. Jadi, perjalanan hidup untuk mengenakan pakaian kebesaran keluarga Allah adalah pergumulan permanen selama kita hidup dalam dunia ini. Ini adalah kesibukan yang tidak bisa digantikan dengan kesibukan yang lain. Inilah yang dimaksud dengan mendahulukan Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya.

Belajar hidup seturut dengan kehendak-Nya akan selalu kita lakukan sepanjang umur hidup kita.

No comments:

Post a Comment