Di tengah-tengah maraknya hamba-hamba Tuhan yang mengaku memiliki
pengalaman berdialog dengan Allah, trend ini menular ke banyak pendeta.
Hal ini dapat terjadi karena didorong oleh semangat kompetisi antar
gereja dan antar pendeta. Seperti yang terjadi dewasa ini, banyak gereja
yang tarik menarik anggota jemaat. Para pendeta ini harus tampil
sebagai hamba Tuhan yang dekat dengan Tuhan, hamba Tuhan yang bisa
memberkati umat Tuhan dan memiliki hubungan yang khusus dengan Allah,
agar jemaat menaruh percaya kepadanya. Pengakuan bahwa dirinya bisa
berdialog dengan Tuhan menjadi iklan terselubung, sehingga terjadi
perang iklan antar pendeta. Tanpa disadari mulailah dengan mudah
seseorang mengakui setiap pengalaman selalu dikaitkan dengan suara
Tuhan. Bahkan gejala-gejala jiwa normal dan mimpi-mimpi bagian dari
aktivitas jiwa di bawah sadar diakui sebagai pesan-pesan Tuhan atau
fenomena ilahi. Biasanya hal ini terjadi atas orang-orang yang tidak
menggali kekayaan Firman Tuhan. Mereka menggantikan pengertian Firman
Tuhan dengan pengalaman-pengalaman adikodrati yang sangat subyektif,
yang sangat sulit dibuktikan kebenarannya.
Kalau Tuhan berbicara
kepada seseorang, pasti Tuhan memiliki maksud tertentu, dan pasti itu
sesuatu yang sangat penting. Kepentingannya pasti bertalian dengan
keselamatan atau pekerjaan Allah demi kepentingan dan kemuliaan-Nya.
Tuhan berbicara kepada seseorang pasti bukan masalah-masalah kecil dan
sepele yang hanya bisa dinikmati oleh diri sendiri. Allah adalah Allah
yang Besar, Mulia dan Agung. Pasti segala sesuatu yang diperkatakan
adalah hal-hal yang besar, mulia dan agung juga. Jika kita memeriksa
Alkitab, Allah tidak pernah berbicara hal-hal yang kecil dan sepele.
Kalau Tuhan berbicara dengan seseorang, pasti tidak bermaksud hendak
meninggikan seseorang, sampai membuat seseorang menjadi sombong dan
berdosa. Jika Tuhan berbicara kepada seseorang pasti hendak menyampaikan
pesan yang akan berguna bagi orang itu dan sesamanya. Selanjutnya Tuhan
tidak akan berdialog dengan orang-orang yang tidak pantas diajak
berdialog dengan Allah yang Mahamulia. Tuhan Yesus menyatakan agar
barang yang kudus bukan untuk anjing dan mutiara jangan dilemparkan
kepada babi (Mat. 7:6). Hal ini mengisyaratkan bahwa Tuhan tidak
sembarangan berdialog dengan seseorang. Bagaimana Tuhan berdialog
dengan seseorang yang mau meninggikan diri atau sombong, yang sebenarnya
belum mengerti kekudusan yang benar menurut Tuhan. Tuhan juga tidak
akan berbicara kepada seseorang yang tidak dewasa rohani.
Kekudusan merupakan kunci untuk seseorang dapat berbicara dengan Tuhan.
No comments:
Post a Comment