Sunday 29 July 2012

Perjuangan Mendewasakan Cinta

Cinta kepada Tuhan harus didewasakan, cinta kepada Tuhan harus ditumbuhkan terus menjadi cinta yang berkualitas tinggi. Hal ini menuntut perjuangan yang serius. Mendewasakan cinta kepada Tuhan menuntut pertaruhan yang sangat tinggi yaitu segenap hidup, mengasihi Tuhan harus dengan segenap jiwa, akal budi, kekuatan (Mat. 22:37-40). Memang sulit untuk membuat cinta menjadi berkualitas kalau filosofi hidup kedua pribadi tidak sama. Cinta yang dewasa atau yang berkuali­tas tinggi membutuhkan kesamaan visi hidup dan filosofi-filosofinya. Hal ini sama dengan cinta kita kepada Tuhan. Tentu bukan Tuhan yang menyesuaikan diri dengan kita, kita yang harus menyesuaikan diri dengan Tuhan. Oleh sebab itu seorang yang mau mendewasakan cintanya kepada Tuhan harus menyerap sebanyak-banyaknya kebenaran Firman Tuhan yang dapat mengubah seluruh konstelasi berpikirnya.

Seorang Kristen yang hidupnya masih mengasihi dunia ini tidak mungkin dapat mengasihi dan mencintai Tuhan. Tuhan tidak dapat berkasih-kasihan atau bercinta dengan mereka. Manusia memiliki perasaan dan harus menujukan cinta atau kasihnya kepada suatu obyek. Manusia memiliki keinginan, maka harus menujukan keinginan tersebut kepada suatu obyek. Manusia juga memiliki nafsu atau hasrat dalam dagingnya, juga harus menujukan hasrat itu kepada suatu obyek. Berbahagialah orang yang menyublimasikan cinta, keinginan dan segala hasratnya kepada obyek yang benar. Jadi, kita membutuhkan Tuhan, sebab kita membutuhkan obyek untuk menerima segala cinta, keinginan dan segala hasrat kita. Kalau seseorang membutuhkan Tuhan hanya karena membutuhkan pertolongan-Nya, maka ia tidak mencintai Tuhan dengan benar. Orang-orang seperti ini tidak akan pernah untuk menjadi kekasih Tuhan.

Kalau umat Perjanjian Lama memiliki isi relasi dengan Allah hanya menjadikan Dia Gunung Batu Pertolongan, hal ini wajar sebab mereka belum bisa menjadi kekasih Tuhan seperti umat Perjanjian Baru (2 Kor. 11:2-3). Umat Perjanjian Baru adalah umat istimewa yang menerima karunia Roh Kudus untuk dapat membangun hubungan sebagai kekasih atau mempelai Tuhan. Ibarat frekuensi, kita harus memiliki frekuensi yang cukup untuk menjangkau cinta Tuhan. Bagaimanapun frekuensi cinta seseorang kepada Tuhan dapat tercium aromanya dan terperagakan dalam kehidupan secara konkret. Meningkatkan frekuensi maksud­nya adalah memiliki komitmen yang bulat untuk mengasihi Tuhan dan selalu meng “update” serta tekun belajar kebenaran melalui firman-Nya.

Semakin karib dan dewasa hubungan cinta kepada Tuhan, semakin kita siap untuk menjadi mempelai-Nya.

No comments:

Post a Comment