Cinta kepada Tuhan harus didewasakan, cinta kepada Tuhan harus
ditumbuhkan terus menjadi cinta yang berkualitas tinggi. Hal ini
menuntut perjuangan yang serius. Mendewasakan cinta kepada Tuhan
menuntut pertaruhan yang sangat tinggi yaitu segenap hidup, mengasihi
Tuhan harus dengan segenap jiwa, akal budi, kekuatan (Mat. 22:37-40).
Memang sulit untuk membuat cinta menjadi berkualitas kalau filosofi
hidup kedua pribadi tidak sama. Cinta yang dewasa atau yang berkualitas
tinggi membutuhkan kesamaan visi hidup dan filosofi-filosofinya. Hal
ini sama dengan cinta kita kepada Tuhan. Tentu bukan Tuhan yang
menyesuaikan diri dengan kita, kita yang harus menyesuaikan diri dengan
Tuhan. Oleh sebab itu seorang yang mau mendewasakan cintanya kepada
Tuhan harus menyerap sebanyak-banyaknya kebenaran Firman Tuhan yang
dapat mengubah seluruh konstelasi berpikirnya.
Seorang Kristen yang hidupnya masih mengasihi dunia ini tidak mungkin dapat mengasihi dan mencintai Tuhan. Tuhan tidak dapat berkasih-kasihan atau bercinta dengan mereka. Manusia memiliki perasaan dan harus menujukan cinta atau kasihnya kepada suatu obyek. Manusia memiliki keinginan, maka harus menujukan keinginan tersebut kepada suatu obyek. Manusia juga memiliki nafsu atau hasrat dalam dagingnya, juga harus menujukan hasrat itu kepada suatu obyek. Berbahagialah orang yang menyublimasikan cinta, keinginan dan segala hasratnya kepada obyek yang benar. Jadi, kita membutuhkan Tuhan, sebab kita membutuhkan obyek untuk menerima segala cinta, keinginan dan segala hasrat kita. Kalau seseorang membutuhkan Tuhan hanya karena membutuhkan pertolongan-Nya, maka ia tidak mencintai Tuhan dengan benar. Orang-orang seperti ini tidak akan pernah untuk menjadi kekasih Tuhan.
Kalau umat Perjanjian Lama memiliki isi relasi dengan Allah hanya menjadikan Dia Gunung Batu Pertolongan, hal ini wajar sebab mereka belum bisa menjadi kekasih Tuhan seperti umat Perjanjian Baru (2 Kor. 11:2-3). Umat Perjanjian Baru adalah umat istimewa yang menerima karunia Roh Kudus untuk dapat membangun hubungan sebagai kekasih atau mempelai Tuhan. Ibarat frekuensi, kita harus memiliki frekuensi yang cukup untuk menjangkau cinta Tuhan. Bagaimanapun frekuensi cinta seseorang kepada Tuhan dapat tercium aromanya dan terperagakan dalam kehidupan secara konkret. Meningkatkan frekuensi maksudnya adalah memiliki komitmen yang bulat untuk mengasihi Tuhan dan selalu meng “update” serta tekun belajar kebenaran melalui firman-Nya.
Semakin karib dan dewasa hubungan cinta kepada Tuhan, semakin kita siap untuk menjadi mempelai-Nya.
Seorang Kristen yang hidupnya masih mengasihi dunia ini tidak mungkin dapat mengasihi dan mencintai Tuhan. Tuhan tidak dapat berkasih-kasihan atau bercinta dengan mereka. Manusia memiliki perasaan dan harus menujukan cinta atau kasihnya kepada suatu obyek. Manusia memiliki keinginan, maka harus menujukan keinginan tersebut kepada suatu obyek. Manusia juga memiliki nafsu atau hasrat dalam dagingnya, juga harus menujukan hasrat itu kepada suatu obyek. Berbahagialah orang yang menyublimasikan cinta, keinginan dan segala hasratnya kepada obyek yang benar. Jadi, kita membutuhkan Tuhan, sebab kita membutuhkan obyek untuk menerima segala cinta, keinginan dan segala hasrat kita. Kalau seseorang membutuhkan Tuhan hanya karena membutuhkan pertolongan-Nya, maka ia tidak mencintai Tuhan dengan benar. Orang-orang seperti ini tidak akan pernah untuk menjadi kekasih Tuhan.
Kalau umat Perjanjian Lama memiliki isi relasi dengan Allah hanya menjadikan Dia Gunung Batu Pertolongan, hal ini wajar sebab mereka belum bisa menjadi kekasih Tuhan seperti umat Perjanjian Baru (2 Kor. 11:2-3). Umat Perjanjian Baru adalah umat istimewa yang menerima karunia Roh Kudus untuk dapat membangun hubungan sebagai kekasih atau mempelai Tuhan. Ibarat frekuensi, kita harus memiliki frekuensi yang cukup untuk menjangkau cinta Tuhan. Bagaimanapun frekuensi cinta seseorang kepada Tuhan dapat tercium aromanya dan terperagakan dalam kehidupan secara konkret. Meningkatkan frekuensi maksudnya adalah memiliki komitmen yang bulat untuk mengasihi Tuhan dan selalu meng “update” serta tekun belajar kebenaran melalui firman-Nya.
Semakin karib dan dewasa hubungan cinta kepada Tuhan, semakin kita siap untuk menjadi mempelai-Nya.
No comments:
Post a Comment