Wednesday 18 July 2012

Pengalaman Yang Subyektif

Dewasa ini banyak buku yang ditulis mengenai pengalaman berdialog dengan Tuhan. Terdapat catatan di antara buku-buku tersebut sebagai “best seller”. Berdialog di sini maksudnya adalah sebuah percakapan dan hubungan interaksi. Rupanya orang menyukai hal berdialog dengan Tuhan. Penulis buku-buku dengan tema itu bukan hanya orang Kristen tetapi juga berbagai agama, bahkan ada penulis yang tidak jelas agamanya. Rupanya berdialog dengan Tuhan bukan monopoli suatu agama, tetapi semua agama bahkan umat manapun merasa berhak berdialog dengan Allah yang diakui sebagai Penciptanya. Itulah sebabnya, dalam berbagai agama terdapat kesaksian mengenai pengalaman seseorang berdialog dengan allahnya. Sementara itu di kalangan orang Kristen muncul kesaksian-kesaksian mengenai pengalaman rohani orang-orang tertentu yang bertemu dengan Tuhan dan mengaku telah berdialog secara langsung. Hari-hari terakhir ini semakin banyak orang mengklaim bahwa dirinya telah berdialog dengan Tuhan. Di antara mereka ada yang berasal dari kelompok rohaniwan, seperti pendeta atau mereka yang mengaku hamba Tuhan. Ada juga dari kelompok jemaat awam, bahkan dari orang-orang yang yang baru menjadi orang Kristen. Biasanya kalau rohaniwan yang mengaku bisa berdialog dengan Tuhan, ia mengantongi mandat-mandat atau visi-visi tertentu dari Tuhan.

Masalah yang harus dipersoalkan di sini adalah apakah mereka benar-benar telah berdialog dengan Tuhan? Dan apakah Allah yang dengannya mereka berdialog adalah Allah yang benar; yaitu Allah Abraham Ishak dan Yakub, yang mengutus Putra Tunggalnya Tuhan Yesus Kristus? Karena pengalaman mereka tersebut sangat subyektif, sulitlah untuk mendapat pembuktian bahwa mereka sungguh-sungguh telah berdialog dengan Allah yang benar. Dalam sejarah telah terbukti bahwa ada orang-orang yang dalam kesaksiannya berdialog dengan Tuhan, tetapi di kemudian hari ternyata mereka tidak berdialog dengan Allah yang benar. Mereka telah menipu banyak orang dan menggunakan nama Allah dengan sia-sia. Tentu sementara mereka bersaksi, mereka mengklaim bahwa Allah yang mereka temui adalah Allah yang benar. Dalam hal ini kita harus waspada dan mengembangkan kepekaan membedakan roh. Apakah suatu fenomena itu berasal dari Roh Allah atau iblis. Iblis dengan kelicikan­nya banyak membuat pemalsuan-pemalsuan, sehingga bisa mengelabui banyak orang percaya dan menyesatkan mereka. Berhati-hati dan waspada, yang berhasil disesatkan bukan hanya jemaat awam tetapi mereka juga yang mengaku hamba Tuhan (pendeta) dan para rohaniwan.

Berhati-hati dan berdoalah, dengan tipu dayanya iblis ingin menjatuhkan iman setiap orang percaya.

No comments:

Post a Comment