Wednesday 18 July 2012

Menguji Setiap Roh

Hendaknya kita tidak membayangkan bahwa Allah sama dengan manusia. Kalau seseorang berdialog dengan Allah, hal tersebut tidak akan sama kalau seseorang berdialog dengan sesama manusia. Allah tidak dibatasi oleh cara-cara dan mekanisme dalam berdialog. Allah memiliki banyak cara untuk menyampaikan pesan-Nya kepada manusia. Justru kalau seseorang mematok cara Allah berbicara seakan-akan sama dengan cara berdialog dengan manusia, kesaksian itu patut dicurigai. Biasanya mereka yang memberi kesaksian pernah berdialog dengan Tuhan tidak memberi penjelasan secara terperinci bagaimana bentuk dan mekanisme dialog tersebut, menggunakan bahasa apa, apakah dengan mendengar lewat telinga atau dengan sarana lainnya. Kalau seseorang berdialog dengan Tuhan pada waktu tidur atau diangkat ke Sorga, apakah masih menggunakan gendang telinga? Bukankah pada waktu seseorang tidur, apalagi di angkat ke Sorga, ia tidak menggunakan gendang telinganya? Hal ini bukan bermaksud untuk menentang kenyataan bahwa Allah bisa berbicara dengan manusia. Tuhan berbicara kepada manusia memiliki banyak cara, dan tidak dibatasi dengan cara-cara tertentu untuk dapat berdialog dengan diri-Nya.

Pada umumnya orang-orang yang mengaku telah berdialog dengan Allah, memberi kesan bahwa Allah hanya berbicara melalui hati nurani atau di dalam hati dan jiwa mereka. Cara lain yang biasa disaksikan adalah berdialog bertemu langsung dengan Tuhan atau melalui mimpi serta penglihatan. Dari fakta empiris (melalui pengamatan yang jujur), ternyata pada umumnya lebih banyak yang mengaku berdialog dengan Allah secara adikodrati dalam batin mereka (kalau tidak boleh dibilang mistik). Mereka memiliki suatu percakapan pribadi dengan Allah dalam batin mereka secara tidak terbatas. Mereka mengesankan begitu mudahnya menangkap suara Tuhan dan menyampaikannya kepada orang lain. Pada suatu keadaan mereka tampil sebagai mediator antara Allah dan manusia. Pada hal Firman Tuhan tegas mengatakan bahwa hanya satu pengantara antara Allah dan manusia yaitu Tuhan Yesus Kristus. Pernyataan ini bukan berarti tidak mempercayai fakta bahwa anak-anak Tuhan bisa berdialog Allah setiap saat tanpa dibatasi cara-cara tertentu, ruangan dan waktu. Sejatinya Allah tidak mudah mempercayakan suara-Nya kepada sembarang manusia. Ada kriteria yang harus dipenuhi untuk bisa menjadi penyambung lidah Allah. Harus diakui bahwa tidak banyak orang yang bisa dipercayai oleh Allah sebagai Juru bicara-Nya.

Allah memiliki banyak cara dan metode untuk menyampaikan pesan-Nya kepada manusia.

No comments:

Post a Comment