Sunday 29 July 2012

Percakapan Terus Menerus

Kekristenan kita belum lengkap sampai tujuan, sebelum kita sampai pada pengalaman hidup “tinggal di dalam Dia”. Ini doa Tuhan Yesus dalam Yohanes 15: 4; 17:21. Tinggal di dalam Dia bukan hanya ditandai dengan pengakuan di mulut tetapi sebuah pengalaman di mana seseorang dapat berinteraksi dengan Tuhan. Ada hubungan timbal balik, ada percakapan terus menerus. Tinggal di dalam Tuhan menunjuk kehidupan seseorang yang benar-benar hidup dalam persekutuan dengan Tuhan. Persekutuan seperti inilah yang sebenarnya dikehendaki oleh Tuhan. Di sinilah seseorang menemukan kehidupan yang luar biasa. Hak istimewa ini harus dialami atau dimiliki setiap kita. Jadi maksud menjadikan tubuh kita bait Roh Kudus (1 Kor. 6:19-20), bukan hanya tubuh didiami Roh Kudus. Kalau bait suci Salomo didiami Roh Allah, artinya Roh Allah hadir di bait Allah tersebut, tetapi di sana tidak ada hubungan interaksi antara Allah dengan bait suci, sebab bait suci bukan pribadi. Bait suci adalah benda. Tetapi kalau Roh Allah diam di dalam kita maka berarti ada satu kegiatan percakapan yang berlangsung terus menerus yaitu hubungan interaksi dengan Tuhan di dalam diri kita. Hendaknya kita tidak membuat Tuhan “kesepian” di dalam diri kita.Tuhan mau memiliki hubungan yang mendalam dengan kita.

Sangat disayangkan banyak kita yang tidak memanfaatkan anugerah yang begitu besar. Hubungan yang mendalam dengan Tuhan, yang di dalamnya ada percakapan dengan Tuhan terus menerus yang tidak dibatasi oleh jam doa dan kebaktian. Hubungan yang mendalam ini tidak ada batasnya sampai kita bertemu muka dengan muka dengan Tuhan. Orang-orang seperti ini tentu senantiasa menghayati kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Baginya Tuhan senyata dengan alam di sekitarnya. Allah bukan sesuatu yang tersembunyi dan misteri. Memang dalam hal ini perlunya terus menerus belajar tinggal di dalam Tuhan.Tinggal di dalam Dia, meru­pakan hubungan yang intim dengan Tuhan.

Inilah pekerjaan “mempertunangkan jemaat dengan Kristus”. Tidak sedikit gereja yang hanya membuat jemaat mengenal Kristus tetapi tidak mempertunangkan- nya. Dalam gereja dikesankan kuat bahwa hanya pendeta atau orang khusus Tuhan yang memiliki hubungan yang mendalam dengan Tuhan yang bisa berdialog dengan Tuhan, padahal setiap orang percaya harus dapat berdialog dengan Tuhan. Ciri dari gereja yang tidak mempertunangkan jemaat adalah ketika jemaat mengkultuskan seorang hamba Tuhan dan bergantung kepadanya, seakan-akan tanpa pendeta jemaat tidak bisa berhubungan langsung dengan Tuhan.

Melalui Roh Kudus yang tinggal dalam hati kita, Tuhan rindu memiliki hubungan dengan kita.

No comments:

Post a Comment