Sunday 29 July 2012

Imanuel

Keselamatan dalam Yesus Kristus telah memulihkan hubungan manusia dengan Allah. Ini berarti Allah yang mulanya jauh, kini menjadi dekat. Tuhan yang bertahta di tempat yang Maha Tinggi, di terang yang tak terhampiri berkenan menjadi pribadi yang dekat. Dekat sekali, bahkan berkenan diam di dalam diri kita. Itulah sebabnya Tuhan Yesus memiliki gelar Imanuel (לֵאוּנָּמִע), gelar ini lahir dari kenyataan yang akan dialami manusia bahwa Allah nyata hadir dalam kehidupan mereka. Kehadiran Tuhan di tengah-tengah umat-Nya adalah kehadiran untuk berinteraksi bukan sekedar menetap diam. Sebuah hubungan timbal balik. Suatu masa yang tidak pernah terjadi dalam kehidupan manusia setelah manusia jatuh dalam dosa.

Pertanyaan yang harus dikemukakan adalah, seberapa nyata atau riil Allah hadir dalam diri kita? Kalau Dia menjadi Imanuel, berarti Ia selalu hadir dalam hidup kita. Seberapa kita benar-benar telah mengalami kehadiran-Nya dalam hidup kita ini. Dengan nama Imanuel tersebut ada tanggung jawab yang harus dipenuhi bagi mereka yang mengundang Tuhan Yesus menjadi Tuhan dan Juru Selamatnya. Harus ada ruangan yang memadai dalam hati kita untuk menerima-Nya. Harus ada waktu yang tersedia untuk pencarian tersebut. Supaya seseorang bisa bertemu dengan Allah yang benar. Sebab banyak pengalaman spektakuler yang katanya dialami seseorang bertemu dengan Tuhan dan berdialog dengan Dia. Masalahnya adalah apakah sosok yang ditemui tersebut benar-benar Tuhan Allah yang benar. Harus diingat bahwa iblis pun dapat menyamar sebagai malaikat terang (2 Kor. 11:14).

Pencarian untuk menemukan Tuhan dalam kehidupan, agar bisa berdialog dengan Dia adalah dengan memperbaharui pikiran dengan Firman Tuhan (Rm. 12:2). Dalam hal ini harus dimengerti bahwa apa yang mengisi pikiran seseorang menjadi landasan dengan siapa dia berdialog. Jika yang mengisi pikirannya bukan kebenaran Firman Tuhan, maka ia berdialog dengan oknum bukan Tuhan. Kalau seseorang memiliki pemahaman yang benar dan memadai mengenai Tuhan dan kebenaran-Nya maka ia bisa mendengar suara Tuhan dalam dirinya. Jadi, kalau seorang mengaku berdialog dengan Tuhan tetapi pengertiannya mengenai Firman Tuhan salah, pasti bukan Tuhan yang berdialog dengan Dia. Dalam konteks ini, banyak pendeta yang tidak mengerti Firman Tuhan, mengaku mendapat pesan atau visi dari Tuhan, pada hal semua itu berasal dari dirinya sendiri. Allah tidak pernah memerintahkannya. Mereka tidak pernah mendengar suara Tuhan.

Kehadiran Tuhan dalam hati manusia bukan untuk menetap diam, tetapi untuk membangun sebuah interaksi.

No comments:

Post a Comment