Saturday 1 December 2012

Membuang Sauh

Menjadikan Tuhan Yesus sebagai pelabuhan bukan sesuatu yang sederhana dan tidak dapat dikerjakan atau dijalani dengan mudah. Banyak orang merasa sudah menjadikan Tuhan Yesus sebagai pelabuhannya, pada hal mereka belum melakukannya. Hendaknya tidak berpikir, kalau sudah pergi ke gereja berarti sudah berlabuh dipelabuhan-Nya. Kalau hanya menjadi orang Kristen dan terdaftar sebagai anggota sebuah gereja, bisa dikatakan baru masuk di wilayah pelabuhan saja, tetapi belum berlabuh dan membuang sauh. Sauh adalah alat pemberat atau jangkar yang digunakan untuk mengkaitkan kapal dengan pelabuhan supaya kapal tidak dapat bergerak dibawa ombak.

Kalau kapal masuk pelabuhan Tuhan Yesus, kapal tersebut harus belajar memenuhi syarat guna menemukan kelegaan-Nya. Membuang sauh adalah syarat yang tidak bisa digantikan dengan apapun. Membuang sauh sama seperti seseorang menguburkan diri di suatu pemakaman. Kapal tidak boleh berlayar lagi, itu adalah perhentian terakhir. Ia harus rela tidak lagi menikmati dunia seperti orang-orang pada umumnya. Pelabuhan itu adalah kuburan bagi kapal yang berlabuh dengan cara membuang sauh. Dalam kekristenan kesediaan untuk membuang sauh ini adalah dengan memberi diri dibaptis. Kalau hal ini terjadi pada jaman kekristenan mula-mula, seorang yang memberi dibaptis berarti kehilangan seluruh kehidupannya. Aniaya terhadap orang percaya pada waktu itu melahirkan pengikut Kristus yang sejati. Sebutan Kristen, sebutan yang mengandung resiko kematian bagi yang menyandangnya. Dalam hal ini kita bisa mengerti kalau Tuhan Yesus berkata: ”Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” (Mat. 16:25). Kemudian di ayat berikutnya Tuhan Yesus berkata: ”Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?”. Dalam pernyataan ini Tuhan Yesus menyingkapkan suatu kebenaran bahwa seseorang tidak akan mendapat nyawa kalau tidak kehilangan nyawa. Nyawa yang Tuhan berikan adalah kehidupan di dunia yang akan datang di Kerajaan-Nya. Paulus juga menyatakan “…Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus” (Flp. 3:7-8). Seseorang yang mau memiliki Kristus ia harus berani kehilangan segala sesuatu dalam hidup ini. Seseorang tidak akan memiliki Kristus kalau masih merasa memiliki sesuatu. Seseorang yang dimiliki dan memiliki Kristus adalah orang yang merasa hanya memiliki satu harta, yaitu Tuhan Yesus Kristus.

Orang yang sudah berlabuh di pelabuhan yang benar pasti merasa hanya memiliki satu harta, yaitu Tuhan Yesus Kristus.

No comments:

Post a Comment