Sebenarnya gelora jiwa yang memuat kesediaan sepenuhnya hidup bagi Tuhan
seperti yang rasul Paulus miliki juga harus kita kenakan (Flp. 1:21).
Ternyata penganut agama lain ada juga yang memiliki prinsip sama seperti
ini hanya obyek allahnya berbeda. Mereka menjadikan agama yang mereka
yakini sebagai satu-satunya dunia yang mereka miliki. Itulah sebabnya
mereka berani mengorbankan apa pun demi kepercayaan-Nya. Mereka bisa
memiliki irama hidup mirip Paulus, yaitu baik makan atau minum atau
melakukan segala sesuatu, mereka lakukan demi allah yang mereka percaya
(1Kor. 10:31). Setiap hari mereka ada di rumah ibadahnya tanpa
menghitung waktu. Tidak jarang mereka yang tidur di rumah ibadahnya
walaupun sebenarnya mereka memiliki rumah sendiri. Harta dan nyawa
menjadi tidak bernilai demi membela allah yang mereka percayai sebagai
satu-satunya allah yang benar. Bahkan keluarga pun bisa ditinggalkan
demi membela allahnya. Begitu fanatiknya sampai pada keyakinan bahwa
membunuh umat yang beragama lain bisa dipahalai. Mereka pun juga
memiliki pengharapan memiliki dunia lain yang lebih baik, yang dipahami
sebagai sorga. Dengan demikian mereka mengarahkan hidup mereka tidak
tanggung-tanggung ke dunia di balik kubur yang mereka yakini lebih baik.
Bagi mereka kematian tidaklah sesuatu yang menakutkan, bahkan kalau
demi kepentingan allah yang mereka yakini memberi pahala, kematian
adalah keindahan dan kebanggaan. Betapa malangnya kalau seandainya suatu
hari nanti ternyata allah yang mereka bela, yang membuat hidup mereka
terampas adalah allah yang keliru. Mereka tidak akan menemukan sorga
yang mereka impikan.
Bagaimana dengan kehidupan kita sebagai orang percaya. Ironinya, banyak orang Kristen yang memiliki satu-satunya Allah yang benar dan Tuhan Yesus yang diutus-Nya (Yoh. 17:3), tetapi tidak memiliki kualitas keberimanan yang baik. Menjadi Kristen pun hanya karena hendak memperoleh kenyamanan hidup di dunia. Betapa kontrasnya. Lebih banyak komunitas Kristen yang mengajarkan bahwa percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Allah yang benar akan memperoleh jaminan pemeliharaan di dunia ini dengan limpahnya, dan bila mati akan masuk Sorga. Ajaran yang keliru ini tentu diminati oleh kebanyakan orang. Semboyannya adalah bahwa Allah itu baik dan berkuasa. Mereka hanya mau menikmati berkat jasmani. Pada hal mengikut Tuhan Yesus berarti “dikubur bersama dengan Tuhan Yesus” (Rm. 6:4; Kol 3:1-4). Dunia bukan lagi rumahnya, tidak ada lagi yang boleh menjadi kesukaan dan tujuan hidup selain Tuhan dan kerajaan-Nya. Prestasi kehidupan yang harus dicapai adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Orang yang percayanya benar pasti memiliki hanya satu dunia, yaitu Tuhan. Segala sesuatu yang ia lakukan pasti untuk kepentingan Tuhan saja.
Bagaimana dengan kehidupan kita sebagai orang percaya. Ironinya, banyak orang Kristen yang memiliki satu-satunya Allah yang benar dan Tuhan Yesus yang diutus-Nya (Yoh. 17:3), tetapi tidak memiliki kualitas keberimanan yang baik. Menjadi Kristen pun hanya karena hendak memperoleh kenyamanan hidup di dunia. Betapa kontrasnya. Lebih banyak komunitas Kristen yang mengajarkan bahwa percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Allah yang benar akan memperoleh jaminan pemeliharaan di dunia ini dengan limpahnya, dan bila mati akan masuk Sorga. Ajaran yang keliru ini tentu diminati oleh kebanyakan orang. Semboyannya adalah bahwa Allah itu baik dan berkuasa. Mereka hanya mau menikmati berkat jasmani. Pada hal mengikut Tuhan Yesus berarti “dikubur bersama dengan Tuhan Yesus” (Rm. 6:4; Kol 3:1-4). Dunia bukan lagi rumahnya, tidak ada lagi yang boleh menjadi kesukaan dan tujuan hidup selain Tuhan dan kerajaan-Nya. Prestasi kehidupan yang harus dicapai adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Orang yang percayanya benar pasti memiliki hanya satu dunia, yaitu Tuhan. Segala sesuatu yang ia lakukan pasti untuk kepentingan Tuhan saja.
No comments:
Post a Comment