Mengapa pikiran duniawi sangat sulit menerima kebenaran Injil yang
murni? Sebab kebenaran Injil yang murni memuat maksud utama kedatangan
Tuhan Yesus, bertentangan dengan naluri kemanusiaan. Naluri kemanusiaan
adalah menjadikan dunia ini sebagai Firdaus, taman yang nyaman. Tetapi
Kekristenan mengajarkan bahwa dunia ini adalah medan pertempuran bukan
firdaus. Firdausnya orang percaya ada di langit baru dan bumi yang baru.
Memang hal ini dipandang oleh banyak orang sebagai sesuatu yang abstrak
dan tidak menyenangkan dan terkesan tidak meyakinkan. Mereka
berpendirian bahwa urusan di seberang kubur adalah urusan nanti bukan
urusan sekarang. Kekristenan menegaskan bahwa justru itu urusan hari
ini, bukan urusan nanti. Tuhan menyatakan bahwa sekarang adalah saatnya
mengumpulkan harta di Sorga atau bekerja untuk roti yang tidak binasa
(Mat. 6:19-20; Yoh. 6: 27-29). Selagi hari siang harus bekerja untuk
roti yang tidak dapat binasa, sebab akan datang malam, dimana tidak
seorang pun dapat bekerja.
Pengkhotbah 12:1-2 menyatakan umat Tuhan harus mengingat atau berurusan dengan Sang Pencipta sejak masa muda artinya sejak dini. Sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang dikatakan tidak ada kesenangan di dalamnya. Dalam hal ini harus mengerti apa yang perlu untuk damai sejahtera dalam hidup ini (Luk. 19:42). Yudas salah satu contohnya. Ia tidak mengerti visi utama kedatangan Tuhan Yesus. Ia sibuk dengan apa yang dipandangnya perlu untuk damai sejahteranya, sehingga ia berkhianat dan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keselamatan. Juga sebagian besar orang Yahudi menolak Tuhan Yesus karena keinginan dan ambisi mereka yang berseberangan dengan-Nya. Kebenaran Injil akan mencelikkan mata pengertian untuk mengerti apa yang perlu untuk damai sejahtera hidup. Pada mulanya murid-murid Tuhan Yesus tidak mengerti apa yang perlu untuk damai sejahtera mereka. Tetapi kesetiaan dan ketekunan mereka bersama dengan Tuhan akhirnya membuat mereka mengerti kebenaran dan kebenaran itu memerdekakan mereka (Yoh. 8:31-32). Dalam hal ini ketekunan sangat penting. Seperti ketekunan petani yang menggarap ladang sehingga ia menemukan harta yang terpendam di ladang. Harta itu ditemukan di dalam tanah bukan di atas tanah, oleh sebab itu harus tekun berladang dahulu baru menemukan harta tersebut. Sama seperti pedagang yang tekun berjalan keliling sampai menemukan mutiara yang sangat berharga. Mutiara itu tidak ditemukan secara kebetulan, tetapi harus dicari (Mat. 13:44-46). Kesempatan untuk “menemukan” adalah kesempatan mahal yang tidak akan terulang selamanya.
Hidup setelah kubur ditentukan oleh keputusan-keputusan kita hari ini, bukan nanti.
Pengkhotbah 12:1-2 menyatakan umat Tuhan harus mengingat atau berurusan dengan Sang Pencipta sejak masa muda artinya sejak dini. Sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang dikatakan tidak ada kesenangan di dalamnya. Dalam hal ini harus mengerti apa yang perlu untuk damai sejahtera dalam hidup ini (Luk. 19:42). Yudas salah satu contohnya. Ia tidak mengerti visi utama kedatangan Tuhan Yesus. Ia sibuk dengan apa yang dipandangnya perlu untuk damai sejahteranya, sehingga ia berkhianat dan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keselamatan. Juga sebagian besar orang Yahudi menolak Tuhan Yesus karena keinginan dan ambisi mereka yang berseberangan dengan-Nya. Kebenaran Injil akan mencelikkan mata pengertian untuk mengerti apa yang perlu untuk damai sejahtera hidup. Pada mulanya murid-murid Tuhan Yesus tidak mengerti apa yang perlu untuk damai sejahtera mereka. Tetapi kesetiaan dan ketekunan mereka bersama dengan Tuhan akhirnya membuat mereka mengerti kebenaran dan kebenaran itu memerdekakan mereka (Yoh. 8:31-32). Dalam hal ini ketekunan sangat penting. Seperti ketekunan petani yang menggarap ladang sehingga ia menemukan harta yang terpendam di ladang. Harta itu ditemukan di dalam tanah bukan di atas tanah, oleh sebab itu harus tekun berladang dahulu baru menemukan harta tersebut. Sama seperti pedagang yang tekun berjalan keliling sampai menemukan mutiara yang sangat berharga. Mutiara itu tidak ditemukan secara kebetulan, tetapi harus dicari (Mat. 13:44-46). Kesempatan untuk “menemukan” adalah kesempatan mahal yang tidak akan terulang selamanya.
Hidup setelah kubur ditentukan oleh keputusan-keputusan kita hari ini, bukan nanti.
No comments:
Post a Comment