Monday 3 December 2012

Agar Selalu Merasa Cukup

Akhirnya hidup kekristenan harus menghasilkan suatu sikap, yaitu perasaan cukup dan puas terhadap segala hal. Kecuali dua sikap yang penting tersebut, yang lebih penting dalam hidup kekristenan adalah keberadaan diri di hadapan Tuhan. Dalam segala hal orang percaya harus merasa cukup dan puas tetapi mengenai pencapaian kesucian hidup serta pengenalan akan Tuhan tidak boleh merasa puas. Inilah ciri orang yang sudah lahir baru, mereka tidak akan pernah merasa puas dalam hal tesebut sampai kembali ke rumah Bapa. Kerinduan untuk berkenan kepada Tuhan dan mengenal Allah semakin hari semakin kuat (Flp. 3:9-11). Hal tersebut bukan lagi menjadi suatu kewajiban tetapi kebutuhan yang penting dan mendesak yang mutlak harus terpenuhi. Inilah yang dimaksud dengan haus dan lapar akan kebenaran (Mat. 5:6). Hal inilah yang akan menghentikan nafsu keserakahan (keinginan daging dan mata) serta gila kehormatan (keangkuhan hidup).

Firman Tuhan menganjurkan agar orang percaya merasa cukup, yaitu asal ada makanan dan pakaian, ini tidak dimaksudkan agar menjadi orang miskin, tetapi agar tidak terbelenggu oleh berbagai keinginan untuk memiliki apa yang orang lain miliki atau yang dunia sediakan. Dengan demikian orang percaya akan merasa cukup dan puas berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan jasmani, tetapi selalu merasa belum puas berkenaan dengan keberkenanan di hadapan Tuhan. Orang percaya yang telah lahir baru tidak mengingini apapun yang disediakan dunia, kecuali hal itu untuk kepentingan Kerajaan-Nya. Tuhan Yesus menyatakan bahwa serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang tetapi Anak manusia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Tuhan Yesus telah melepaskan kemuliaan-Nya dan mengosongkan diri sebagai manusia. Dalam kemiskinan tersebut Ia melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Gaya hidup seperti ini harus dikenakan oleh setiap orang yang mengaku bersedia mengikut Tuhan Yesus Kristus. Dengan gaya hidup tersebut seseorang tidak akan dapat diperbudak oleh dunia ini. Jika tidak bersedia mengenakan gaya hidup tersebut, berarti menolak mengikut Tuhan Yesus. Ini juga berarti tidak bersedia masuk dalam proses keselamatan yang dikerjakan oleh Allah, sebab seorang yang mau menjadi murid (bisa berubah dan bertumbuh dalam keselamatan), harus melepaskan diri dari segala milik (Luk. 14:33). Berarti bersedia tidak menikmati dunia seperti anak-anak dunia menikmatinya. Orang percaya yang masih terbelenggu oleh keindahan dunia tidak bisa dididik oleh Tuhan. Mereka dikatakan sebagai orang tidak setia dalam hal mamon yang tidak jujur. Mereka tidak akan pernah mengerti kebenaran (Luk. 16:11).

Orang yang telah lahir baru pasti tidak mengingini apapun yang disediakan dunia, kecuali hal itu untuk kepentingan Kerajaan-Nya.

No comments:

Post a Comment