Saturday 1 December 2012

Pelabuhan Yang Benar

Kalau setiap individu ibarat sebuah kapal, dan kehidupan ini adalah lautannya, maka kita harus berhati-hati dan sungguh-sungguh cermat dalam memilih pelabuhan. Tentu saja ada banyak pelabuhan yang menarik, yang menawarkan berbagai fasilitas untuk dinikmati dan banyak kapal yang telah berlabuh di situ. Jangan salah memilih pelabuhan. Kalau pelabuhan yang benar telah ditemukan, hendaknya segera berlabuh di pelabuhan tersebut sebelum kapal terbawa arus dan terhilang di lautan luas yang tidak terbatas. Banyak orang seperti kapal yang masih berlayar di lautan yang sangat ganas dan dapat menyeret kapal kehidupan seseorang ke arah yang tidak jelas.

Tuhan Yesus adalah satu-satunya pelabuhan yang baik dan benar. Ia berkata datanglah kepada-Ku (Mat. 11:28). Panggilan itu berarti agar setiap orang berlabuh hanya pada pelabuhan-Nya. Banyak kapal yang sebenarnya mengetahui bahwa Tuhan Yesuslah pelabuhan yang baik dan benar, tetapi mereka meragukan apakah dengan berlabuh di pelabuhan tersebut mereka menemukan kelegaan. Mereka meragukan-Nya sebab mereka tidak terbiasa dengan kelegaan yang ditawarkan Tuhan Yesus. Keraguan tersebut terbangun oleh berbagai fakta yang mereka lihat antara lain: Mereka menyaksikan banyak orang Kristen yang rajin ke gereja tetapi tidak menunjukkan ketenangan jiwanya. Seakan-akan kekristenan tidak menjawab kebutuhan jiwa. Tidak sedikit orang Kristen yang keadaan jiwanya tidak lebih baik dari orang-orang non Kristen. Mereka menemukan rohaniwan-rohaniwan yang menunjukkan sikap materialismenya, seakan-akan Tuhan Yesus tidak cukup menjadi pelabuhan kehidupan ini. Pada hal mestinya seorang yang hidup dalam persekutuan dengan Tuhan bisa menunjukkan gaya hidupnya, bahwa Yesus cukup bagi mereka. Dalam keragu-raguan, banyak mereka tidak meninggalkan Tuhan, tetapi juga tidak merapat dengan sungguh-sungguh, menjadikan Tuhan sebagai pelabuhannya. Mereka tidak menempatkan diri sebagai musuh bagi Tuhan, tetapi juga tidak menempatkan diri sebagai sahabat-Nya. Dengan posisi hidup yang mereka miliki itu, mereka merasa masih menaruh percaya kepada Tuhan. Mereka juga merasa bahwa mereka tidak pantas untuk ditolak di Kerajaan Sorga. Mereka juga merasa masih sebagai anggota keluarga Kerajaan Allah. Mereka sudah sangat puas dengan hidup keberagamaan yang mereka telah miliki. Mereka juga merasa bahwa Tuhan memaklumi keadaan mereka tersebut. Menyedihkan, mereka merasa sudah berlabuh pada Tuhan, pada hal belum berlabuh di pelabuhan Tuhan. Sejatinya mereka seperti istri Lot yang masih menoleh ke belakang; mencintai dunia (Luk. 17:26-32).

Banyak yang merasa sudah berlabuh kepada pelabuhan yang benar, padahal belum, mereka masih mencintai dunia.

No comments:

Post a Comment