Pada bulan Desember ketika gereja-gereja merayakan Natal, banyak tema
Natal yang indah yang harus dikupas dalam renungan Natal. Tetapi kalau
jujur, bisa didapati banyak tema bagus dan menarik yang hanya menjadi
pajangan panggung. Seribu pesan disampaikan tetapi Natal berlalu tanpa
kesan. Ada satu satu tema Natal menarik yang pernah trend diusung yaitu
“born to care” artinya dilahirkan untuk peduli. Tentu secara historis
kalimat ini ditujukan bagi Tuhan Yesus yang lahir karena kepedulian-Nya
kepada manusia. Oleh karena kepedulian-Nya, manusia diselamatkan.
Selanjutnya dibalik sorotan secara historis, tentu juga memiliki
implikasi yang erat dengan orang percaya yang telah menerima
kepedulian-Nya. Di dalam kalimat “Born to Care” juga termuat panggilan
untuk meneladani sepak terjang agung-Nya. Ada tantangan atau panggilan
di balik kalimat tersebut. “Born to care” harus menjadi tema kehidupan,
sesuai dengan nafas kehidupan-Nya bahwa Anak Manusia (Tuhan Yesus)
datang bukan untuk dilayani tetapi melayani (Mat. 20:28). Bukan untuk
dipedulikan tetapi memperdulikan. Untuk menjadikan kalimat tersebut tema
kehidupan ada pertaruhan yang sangat mahal. Pertaruhannya adalah
segenap hidup dipersembahkan bagi Tuhan. Artinya semua potensi yang
dimiliki diperuntukkan bagi orang-orang yang membutuhkan pertolongan
yang ada di sekitarnya. Bukan hanya ada di dalam pengertiannya, tetapi
kepedulian harus dimiliki dalam “rasa atau naluri”, yang lahir dari
kerelaan untuk memberi diri bagi orang lain.
Berkenaan dengan hal ini, Tuhan mengemukakan perumpamaan dalam Lukas 10:30-37 mengenai orang Samaria yang murah hati. Melalui perumpamaan ini Tuhan Yesus menunjukkan siapa sesama manusia itu. Di dalam fragmen tersebut juga ditampilkan “kepedulian” dari kesadaran yang murni dan tulus orang Samaria. Sebaliknya ada Imam dan Lewi yang melihat orang yang sedang membutuhkan pertolongan tetapi membiarkan orang tersebut menderita tanpa pertolongan. Tentu saja mereka sudah tahu bagaimana memperdulikan sesama. Hal memperdulikan orang lain adalah pokok-pokok pengajaran yang menghiasi bibir mereka setiap hari. Tetapi mereka tidak memiliki hati yang peduli kepada orang lain. Mereka tidak memiliki hati ini “heart for the people” (hati untuk orang lain), walau bisa berteori mengenai kepedulian terhadap sesama. Dikuatirkan banyak orang Kristen mengulangi jejak banyak orang Kristen pada tahun-tahun sebelumnya, membuat tema Natal yang menarik tetapi hanya menjadi hiasan di tembok, berbicara mengenai kepedulian tetapi tidak memiliki rasa kepedulian. Sudah saatnya orang percaya mewujudkan tindakan kepedulian secara nyata.
Jangan hanya mengerti pokok-pokok pengajaran, yang lebih penting adalah melakukannya.
Berkenaan dengan hal ini, Tuhan mengemukakan perumpamaan dalam Lukas 10:30-37 mengenai orang Samaria yang murah hati. Melalui perumpamaan ini Tuhan Yesus menunjukkan siapa sesama manusia itu. Di dalam fragmen tersebut juga ditampilkan “kepedulian” dari kesadaran yang murni dan tulus orang Samaria. Sebaliknya ada Imam dan Lewi yang melihat orang yang sedang membutuhkan pertolongan tetapi membiarkan orang tersebut menderita tanpa pertolongan. Tentu saja mereka sudah tahu bagaimana memperdulikan sesama. Hal memperdulikan orang lain adalah pokok-pokok pengajaran yang menghiasi bibir mereka setiap hari. Tetapi mereka tidak memiliki hati yang peduli kepada orang lain. Mereka tidak memiliki hati ini “heart for the people” (hati untuk orang lain), walau bisa berteori mengenai kepedulian terhadap sesama. Dikuatirkan banyak orang Kristen mengulangi jejak banyak orang Kristen pada tahun-tahun sebelumnya, membuat tema Natal yang menarik tetapi hanya menjadi hiasan di tembok, berbicara mengenai kepedulian tetapi tidak memiliki rasa kepedulian. Sudah saatnya orang percaya mewujudkan tindakan kepedulian secara nyata.
Jangan hanya mengerti pokok-pokok pengajaran, yang lebih penting adalah melakukannya.
No comments:
Post a Comment